Kairo (ANTARA News) - Liga Arab hari Minggu mengutuk gempuran udara Israel terhadap Jalur Gaza dan mengatakan, PBB harus mengambil tindakan untuk mengakhiri serangan-serangan yang telah menewaskan 15 orang itu.

"Kami mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengutuk ofensif Israel terhadap Gaza... dan wilayah Mesir," kata Sekretaris Jendral Liga Arab Nabil Elaraby kepada wartawan di Kairo.

"PBB harus mengambil langkah-langkah untuk menghentikan ofensif Israel terhadap Gaza," katanya, tanpa memberikan penjelasan terinci mengenai langkah-langkah yang dimaksud.

Diantara mereka yang tewas dalam serangan-serangan udara itu adalah pemimpin sebuah kelompok bersenjata Palestina dan lima warga sipil yang mencakup tiga anak.

Israel meluncurkan serangan-serangan itu setelah orang-orang bersenjata yang kata Israel datang dari Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir membunuh delapan orang dalam serangan-serangan di sebuah jalan gurun pada Kamis.

Lima personel keamanan Mesir dan tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.

Sementara itu Minggu, pejuang Palestina menembakkan sedikitnya 12 roket ke Israel selatan, yang membuat Israel mengancam meningkatkan serangan-serangan di Jalur Gaza.

Dalam serangan itu, roket dari Jalur Gaza menghantam sebuah sekolah kosong di Beersheba dan mendarat di kota pesisir Israel Ashkelon. Tidak ada laporan mengenai korban.

Insiden terakhir itu menandai peningkatan kekerasan antara Israel dan pejuang Palestina di Gaza.

Bulan lalu terjadi kenaikan dalam serangan roket dan proyektil lain yang ditembakkan dari Gaza ke Israel, mengakhiri bulan-bulan tenang setelah meletusnya kekerasan pada April ketika sebuah rudal anti-tank menghantam bis sekolah Israel, yang menewaskan seorang remaja.

Israel membalas serangan itu dengan gempuran udara yang menewaskan sedikitnya 19 orang Palestina dalam kekerasan mematikan sejak ofensif 22 hari di Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009.

Israel meluncurkan perang 22 hari itu dengan dalih untuk menghentikan serangan-serangan roket dan mortir.

Jumlah serangan dari wilayah kantung Palestina itu mengalami penurunan dramatis sejak perang itu, meski sepanjang tahun 2010 hampir 200 roket ditembakkan ke Israel, kata militer.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa empat tahun lalu.

Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza dua tahun lalu dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut.

Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris, demikian Reuters.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011