Makassar (ANTARA) -
Sebanyak 18 ribu liter minyak goreng disalurkan distributor melalui Toko Mika kepada masyarakat dan pengecer di Desa Bontolanra, Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

"Ada 1.500 rak, satu rak isinya enam botol dengan isi dua liter per botol kita salurkan dan hari ini harus habis," ucap perwakilan Toko Mika, Zulfikar Daeng Tuju di desa setempat, Kabupaten Takalar, Sabtu.

Penyaluran minyak goreng ini sesuai dengan instruksi pemerintah daerah untuk segera mengatasi kelangkaan serta disparitas harga minyak goreng di pasaran.

Satu rak tersebut berisi enam botol minyak goreng dengan isi dua liter seharga Rp172 ribu, atau per liter dikenakan harga Rp14 ribu. Pembelian bagi pengecer juga telah diatur setelah mendaftar dengan menerima lebel stempel dari toko.

Sedangkan bagi masyarakat setempat diminta menunjukkan identitas KTP-nya untuk bisa mendapatkan minyak goreng. Selain titik di Takalar,  di Kabupaten Gowa dan Maros juga ada titik lain pendistribusian minyak.

Baca juga: Pemprov Sumut bersiap gelontorkan 1,520 juta liter minyak goreng

"Kami sudah atur, pengecer yang terdaftar harus menunjukkan stempel toko, dan masyarakat mesti memperlihatkan KTP. Ini dilakukan agar tidak terjadi penimbunan," papar pria akrab disapa Deng Tuju itu menegaskan.

Dari pantauan, penyaluran minyak goreng tersebut menggunakan mobil kontainer yang didatangkan langsung dari Surabaya. Sejumlah masyarakat di wilayah itu terlihat antre untuk mendapatkan minyak goreng.

 
Suasana penyaluran minyak goreng di Desa Bontolanra, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (26/2/2022). ANTARA/Darwin Fatir.



Sebelumnya, Kepala Dinas Perindag Sulsel, Ashari Fakhsirie Radjamilo dalam rapat Paripurna di kantor DPRD menyatakan telah berupaya menguatkan pengawasan berkaitan dengan persoalan minyak goreng.

"Langkah pengawasan sudah dilakukan dan kami setiap saat melakukan pengawasan kepada distributor dengan bekerja sama Satgas Pangan Polda Sulsel. Ada 10 distributor di Sulsel dan setiap distributor ada cabangnya di bawah, di pasar-pasar termasuk mini market," kata Azhari.

Baca juga: Wakil Walikota Surabaya pastikan produksi minyak goreng aman

Karena ini adalah persoalan mata rantai, penyaluran dari produsen ke distributor lalu menyerahkan kepada prinsipal atau pengecer. Begitupun prinsipal pengembaliannya ke distributor untuk digantikan pemerintah.

Begitu pula soal sosialisasi harga, semua orang sudah mengetahui tiga jenis harga. Minyak curah Rp11.500 per liter, kemasan sederhana Rp13. 500 per liter dan untuk kemasan premium Rp14 ribu. Tapi kenyataan tidak seperti itu di lapangan.

Meski demikian, tambah Azhari, ada subsidi dari negara, seperti disampaikan Menteri Perdagangan anggaran senilai Rp7,6 triliun disiapkan pemerintah untuk menangani Lapaksi dan Produksi mulai Januari. Kemendag menyampaikan untuk Sulsel ada jatah diberikan sebanyak 250 juta liter per bulan dan sampai pada Juni 2022.
 

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022