Jakarta (ANTARA News) - PT London Sumatra Indonesia Tbk., (Lonsum) membukukan peningkatan penjualan sebesar 52,1 persen pada semester pertama 2011 menjadi Rp2,38 triliun.

Penjualan itu melonjak dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1,56 triliun, seiring lonjakan harga minyak sawit mentah (CPO), karet, dan bibit sawit, kata Sekretaris Perusahaan Lonsum Endah R Madnawidjaja dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.

"Volume penjualan kami juga meningkat, sehingga pendapatan naik," ujarnya.

Menurut Endah, volume penjualan CPO meningkat 25,2 persen dari 159,2 ribu ton menjadi 199,4 ribu ton. Selain itu, penjualan inti sawit (palm kernel/PK) naik 17,2 persen menjadi 47,4 ribu ton. Adapun volume penjualan bibit sawit merek SumBio OP melesat 60,7 persen dari 7,37 ribu ton menjadi 11,84 ribu ton.

Namun, menurut dia, volume penjualan karet turun 24,9 persen dari 9,7 ribu ton menjadi 7,3 ribu ton. Penjualan karet ini turun karena pembelian bahan olah karet dari plasma dan pihak ketiga.

Presiden Direktur Lonsum, Benny Tjoeng, mengaku puas dengan pencapaian produksi CPO dan inti sawit.

Dia juga puas dengan peningkatan kinerja keuangan dan perusahaan mencatat peningkatan laba bersih sebesar 112 persen menjadi Rp886,3 miliar.

Benny menjelaskan, kontribusi penjualan semester pertama 2011 terdiri atas produk sawit sebesar 80,4 persen, karet 13,7 persen, bibit 5,3 persen, dan lainnya sekitar 0,7 persen.

Dia juga menyatakan, hasil panen tandan buah segar (TBS) naik 15,3 persen dari 511,76 ribu ton menjadi 590 ribu ton, sedangkan pembelian TBS dari plasma naik 59 persen menjadi 270 ribu ton.

"Total TBS yang diproses melesat 26 persen dari 681,7 ribu ton menjadi 859,3 ribu ton," kata Endah.

Dia menerangkan, luas kebun inti yang dikelola Lonsum sampai Juni 2011 mencapai 99,4 ribu hektare (ha), rinciannya sekitar 79 persen ditanami kelapa sawit, 18 persen karet, dan sisanya berupa tanaman lain.

Manajemen, kata dia, telah mengimplementasikan sistem manajemen blok baru untuk menghasilkan kontrol yang lebih efektif dan ini diwujudkan dengan mengukur ulang area tertanam bersih.

Endah memastikan pengukuran ulang tersebut tidak akan memengaruhi hasil produksi tanaman.  (ANT258/A027/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011