valuasi saham-saham yang murah tersebut terlihat saat membandingkan nilai saham dengan nilai aset propertinya (Nett Asset Value/NAV).
Jakarta (ANTARA) - Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menilai valuasi saham-saham properti yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah relatif murah sehingga bisa menjadi pertimbangan bagi investor untuk memilikinya.

Menurut Alfred dalam keterangan di Jakarta, Selasa, valuasi saham-saham yang murah tersebut terlihat saat membandingkan nilai saham dengan nilai aset propertinya (Nett Asset Value/NAV).

Saat ini rata-rata harga saham-saham properti telah terdiskon hingga 60 persen - 70 persen dari NAV.

Baca juga: Adhi Commuter Properti resmi catatkan saham perdana di BEI

Begitu juga dengan perbandingan harga saham terhadap nilai buku atau Price to Book Value (PBV) yang per akhir Januari rata-rata hanya 0,6 kali atau terdiskon 40 persen dari nilai bukunya.

 Alfred mengatakan, saat ini di mana ekonomi sedang menuju pemulihan, kondisi harga saham properti masih tertinggal.

"Apalagi kalau melihat performa emiten-emiten properti sampai kuartal III 2021 memberikan hasil yang sangat baik yang mengindikasikan pemulihan sektor properti," ujar Alfred.

Khusus untuk saham PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) yang merupakan salah satu pengembang properti berkonsep Transit Oriented Development (TOD), koreksi harga sebesar 23 persen dari harga penawaran umum perdana saham atau IPO menjadi Rp100 per saham dipengaruhi dinamika pasca pencatatan yaitu aksi ambil untung dan cut loss para investor melihat performa perdagangan di bursa yang tidak sesuai ekspektasi.

Baca juga: Saham ADCP oversubsribed hingga 14 kali di hari pertama penawaran umum

Berdasarkan perhitungan menggunakan PE Multiple dengan target manajemen untuk pertumbuhan laba bersih 2021 sebesar 15 persen, maka nilai laba per saham (earning per share/EPS) perusahaan adalah Rp7.

 Dengan demikian, rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio/PER) perusahaan adalah 15 kali, jauh di bawah rata-rata PER emiten properti per Januari 2022 sebesar 31 kali, namun rasio Price to Book Value (PBV) tercatat 0,9 kali atau berada di atas PBV industri 0,6 kali.

"Mungkin nanti bisa dilihat juga untuk discount terhadap NAV-nya," ujar Alfred.

Alfred menambahkan, tahun ini ADCP menargetkan marketing sales tumbuh dua digit dan target tersebut didukung perbaikan permintaan di sektor properti yang sudah terlihat dan terus berlanjut, termasuk insentif, stimulus dan target realisasi LRT Jabodebek yang beroperasi di Agustus 2022 akan menjadi katalis positif bagi ADCP.

Jika melihat pertumbuhan marketing sales pada 2021 dan 2022 masing-masing sebesar 46 persen dan 103 persen, laba bersih ADCP tahun ini diperkirakan bisa tumbuh di atas 30 persen dibandingkan target pertumbuhan 2021 sebesar 15 persen.

"Meskipun belum disampaikan, besaran target pertumbuhan perusahaan tahun ini akan menjadi sentimen kuat bagi sahamnya," kata Alfred.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022