Jakarta (ANTARA News) - Para dokter dari Indonesia mendapat tawaran untuk mengikuti pelatihan transplantasi (cangkok) hati dan kelenjar empedu dari Rumah Sakit (RS) Universitas Tokyo, Jepang, kata Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Prof Dr LA Lesmana. "Tawaran pelatihan cangkok hati berasal dari pakar cangkok hati RS Universitas Tokyo Prof Makuuchi yang juga sebagai wakil ketua Asosiasi Bedah Hepatobilier Asia Pasifik saat berbicara pada Simposium Terapi Bedah Hepatobilier (hati dan kelenjar empedu) di RS Husada Jakarta (4/2)," katanya di Jakarta, Minggu. Dalam simposium yang diikuti 490 dokter ahli bedah, radiologi dan penyakit dalam menyambut HUT ke-81 RS Husada Jakarta, 3-5 Februari 2006 itu, pakar endoskopi hati dan kelanjar empedu dari India Prof Reddy juga menawarkan bebas biaya bagi dokter Indonesia yang akan mengikuti seminar Hepatobiler di India. Lesmana yang juga penanggung jawab bagian Hepatobilier RS Husada itu mengatakan, saat ini di Indonesia belum banyak dokter ahli bedah transplantasi hati, sehingga tawaran dari Jepang dan India perlu ditindaklanjuti agar dokter RI dapat melayani cangkok hati bagi pasien di dalam negerinya. Menurut guru besar FKUI itu, hingga saat ini belum dapat dilaksanakan cangkok hati di Indonesia, karena belum banyak pakar cangkok hati, donor hati pun sulit dicari karena belum UU yang mengaturnya, serta biaya operasional yang mahal. Lesmana berharap, melalui simposium di dalam negeri dan pelatihan hepatobilier itu di Jepang, maka penanganan penderita kanker hati dan kelenjar empedu dapat ditangani secara tim terpadu, yakni dokter ahli penyakit dalam, ahli radiologi, ahli endoskopi (operasi dengan sinar leser) dan ahli bedah saluran pencernaan. Penduduk Indonesia diperkirakan menderita hepatitis B dan C mencapai dua persen atau sekitar empat juta orang yang dalam 20-30 tahun akan menjadi kanker hati dan mengakibatkan kematian. Data Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) jumlah penderita hepatisis B sedunia mencapai dua miliar orang, 400 juta diantaranya menjadi hepatis B kronik menjadi kanker hati. Lesmana minta masyarakat mengikuti vaksinasi hepatitis B guna mencegah penyakit kanker hati, sedang jika telah terdeteksi kanker hati maka dilakukan tindakan pemutusan sel kanker tanpa operasi atau dengan penyinaran (endoskopi) dan jika telah kanker hati mencapai tingkat stadium lanjut harus dengan cangkok hati. Sementara itu, Ketua panitia simposium Dr FX Pridady menyambut antusias para dokter ahli penyakit dalam, radiologi dan bedah saluran pencernaan yang mencapai 500 orang se-Indonesia mengikuti simposium penatalaksanaan penyakit hati dan kelenjar empedu (hepatobilier) dan berharap mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit hati dan empedu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006