Kita tidak akan bisa merekrut dan mempertahankan SDM unggul tanpa adanya infrastruktur yang sesuai
Jakarta (ANTARA) - Infrastruktur riset menjadi salah satu input penting dalam ekosistem riset dan inovasi, terutama dalam memainkan peran untuk menunjang dan meningkatkan pelaksanaan riset serta penciptaan inovasi dan teknologi.

Keberadaan infrastruktur riset yang strategis dengan peralatan memadai dan canggih akan mempermudah para periset di Tanah Air untuk melakukan riset dan menciptakan inovasi serta teknologi.

Ketika sumber daya manusia Indonesia mampu melakukan riset terkini, namun ketersediaan peralatan terbatas atau kurang memadai, maka akan berimplikasi terhambat kegiatan riset tersebut atau terjadi penundaan, sementara hasil riset diperlukan segera untuk menjawab kebutuhan dan tantangan terkini.

Karena pentingnya keberadaan infrastruktur riset tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadikan pembangunan infrastruktur strategis sebagai salah satu program prioritas saat ini.

BRIN tengah membangun infrastruktur riset secara besar-besaran sejak mengonsolidasikan sejumlah lembaga riset dan pengembangan di Tanah Air.

Dengan mengintegrasikan unit atau lembaga riset di Indonesia, BRIN otomatis memiliki sumber daya yang besar untuk dapat mengalokasikan pendanaan yang cukup guna pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan riset dan inovasi di Tanah Air.

Dalam komponen input aktivitas riset, infrastruktur memegang peranan sebesar 20 persen, sedangkan dua komponen lain adalah sumber daya manusia (SDM) unggul dengan kontribusi paling besar yakni 70 persen serta anggaran berkontribusi 10 persen.

Tetapi, menurut Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, sebagai pengungkit (enabler) awal harus mulai dari anggaran, ketersediaan infrastruktur, dan kemudian baru SDM.

"Kita tidak akan bisa merekrut dan mempertahankan SDM unggul tanpa adanya infrastruktur yang sesuai, dan untuk itu tentu perlu anggaran di awal," ujar dia.

Baca juga: BRIN bangun fasilitas riset canggih tarik diaspora dan periset global

Tetapi, pada saat ketersediaan infrastruktur dan pendanaan sudah ada, riset yang bagus hanya bisa dihasilkan oleh SDM unggul. Sejak 2021 BRIN sudah bisa merekrut SDM dengan kualifikasi minimal S3, termasuk para diaspora.

Terkait dengan fokus utama sampai dengan 2023, BRIN berfokus pada penguatan infrastruktur riset terkait keanekaragaman hayati baik yang ada di daratan maupun laut, dan material maju.

Selanjutnya, mulai 2023, BRIN akan fokus dengan penguatan infrastruktur riset terkait dengan nuklir dan antariksa.

Pada 2022, BRIN sedang membangun fasilitas untuk mendukung riset vaksin Merah Putih untuk COVID-19 di Indonesia, yakni laboratorium animal biosafety level-3 (BSL-3) dan laboratorium cara pembuatan vaksin yang baik, yang berlokasi di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Berbagai fasilitas riset baru terkait dengan keanekaragaman hayati yang sudah dan sedang dikembangkan, di antaranya Laboratorium Bioproduk Terpadu, fasilitas Koleksi Kultur, Laboratorium Genomik, fasilitas riset bio industri laut di Gedung Balai Bio Industri Laut (BBIL) di Lombok, Nusa Tenggara Barat, serta fasilitas lain terkait dengan biologi, mikrobiologi, dan cara produksi pangan yang baik.

Integrated Laboratory of Bioproduct (iLaB) adalah laboratorium bioproduk terintegrasi pertama di Indonesia, yang berada di Pusat Riset Biomaterial, Cibinong Science Center-Botanical Garden (CSC-BG), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

iLaB melakukan proses-proses pelayanan pengujian secara terintegrasi mulai dari preparasi, formulasi, pengujian, karakterisasi, identifikasi, dan kuantifikasi dari bahan kemudian dilanjutkan dengan formulasi bahan sehingga bahan berubah menjadi bioproduk.

Gedung atau Laboratorium Genomik yang dibangun di atas lahan seluas 9.300 meter persegi di Cibinong, Jawa Barat, dimanfaatkan sebagai laboratorium pengurutan genom menyeluruh (whole genome sequencing) untuk mikroba, flora, fauna, dan manusia, laboratorium riset sains kehidupan (life science), dan laboratorium riset lingkungan.

BRIN juga mengelola pusat penyimpanan koleksi mikroorganisme Indonesia atau Indonesia Culture Collection (InaCC), yang menyimpan mikroba dalam kondisi hidup, yang mewakili keanekaragaman hayati Indonesia.

Baca juga: BRIN kelola anggaran Rp6,1 triliun terbanyak untuk fasilitas riset

Menurut Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN Hendro Wicaksono, sistem manajemen pengelolaan koleksi di InaCC meliputi kegiatan menyimpan, distribusi, dan layanan jasa terkait dengan mikroorganisme.

Koleksi InaCC saat ini menyimpan kurang lebih 5.900 koleksi mikroorganisme yang berasal dari tujuh taksa, yaitu arkea, bakterifaga, bakteri, aktinomisetes, mikroalga, khamir, dan kapang.

Di InaCC, tersedia fasilitas riset antara lain laboratorium, ruang penyimpanan mikroorganisme (deep freezer, ampul L-dry, nitrogen cair), genetic analyzer, PCR-thermal cycler, real-time PCR, varioskan, scaning electron microscope, epifluorescents microscope, and barcoding system storage.

InaCC berperan sebagai tempat dan fasilitas penyimpanan sumber daya mikroorganisme referensi dan hasil eksplorasi, tempat dan fasilitas penyimpanan sumber daya mikroorganisme untuk kepentingan paten, serta tempat dan fasilitas pengaksesan sumber daya mikroorganisme referensi yang digunakan dalam kegiatan penelitian, akademik dan sektor industri/perekonomian.

InaCC juga berfungsi menjadi tempat dan fasilitas untuk kegiatan penelitian eksplorasi sumber daya mikroorganisme, tempat dan fasilitas untuk kegiatan pelatihan/training, serta tempat dan fasilitas untuk kegiatan penyadartahuan sumber daya mikroorganisme.

Pemanfaatan mikroorganisme di InaCC untuk kepentingan bioteknologi, energi, pangan, pakan, pertanian, kesehatan, dan lingkungan.

Dengan pengembangan sarana dan prasarana tersebut, maka kegiatan riset dan inovasi semakin mudah dilakukan, dan dapat mendukung pembangunan Pusat Nasional Keanekaragaman Hayati di Indonesia yang modern dan lengkap.

Baca juga: Peneliti BRIN: Jangan bangun infrastruktur di jalur sesar aktif

Selanjutnya, di Lampung, BRIN akan membangun laboratorium pengolahan mineral lokal strategis berbasis teknologi low-cost dan zero waste dan gedung inkubasi dan laboratorium integrasi layanan data dan informasi penginderaan jauh.

Di Biak, Papua, BRIN akan membangun fasilitas stasiun Bumi pengendali dan penerima data satelit.

Selain itu, pada 2022 dilakukan modernisasi terhadap armada kapal penelitian kelautan yakni Kapal Riset Baruna Jaya, yang mampu melakukan penelitian di bidang geosains kelautan, oseanografi, ilmu atmosfer, keanekaragaman hayati laut, dan pemetaan dasar laut, terutama mempercepat upaya pemahaman laut dan ekosistemnya. BRIN saat ini mengelola lima Kapal Riset Baruna Jaya.

Modernisasi terhadap seluruh kapal riset BRIN dimulai dengan "docking", perbaikan permesinan, propulsi dan alat riset secara menyeluruh dan komprehensif.

BRIN juga akan melengkapi armada kapal riset dengan membangun kapal riset penjelajah samudra baru dengan ukuran 80-90 meter untuk mendukung penelitian laut dalam karena laut dalam masih sedikit dieksplorasi dari segi pengungkapan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dan non hayatinya.

Semua infrastruktur riset yang ada di BRIN dapat dimanfaatkan secara terbuka oleh seluruh pihak, baik periset di BRIN maupun di luar BRIN, baik peneliti dalam negeri maupun luar negeri, akademisi atau dosen, mahasiswa, industri, dan masyarakat.

Pemanfaatan infrastruktur riset juga dilakukan dengan skema kolaboratif dan kompetitif, dan terbuka untuk kegiatan penelitian kolaboratif di tingkat nasional dan internasional.

Dengan ketersediaan infrastruktur yang semakin disempurnakan oleh Pemerintah Indonesia melalui BRIN, diharapkan kegiatan riset dan inovasi semakin meningkat dan membawa manfaat yang lebih besar bagi peningkatan perekonomian, kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat, serta kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.

Baca juga: Keterbatasan infrastruktur CPOB kendala riset vaksin Merah Putih
Baca juga: BRIN: Infrastruktur iptek nuklir Indonesia terbuka untuk global
Baca juga: Infrastruktur riset Indonesia berstandar global dikembangkan BRIN

 

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022