Palu (ANTARA News) - Kapolres Morowali, Sulawesi Tengah, AKBP Suhirman, mengaku siap diperiksa terkait penembakan yang menyebabkan dua warga tewas dan enam luka-luka pada kerusuhan di Pulau Tiaka, lokasi pengeboran minyak operasi bersama (JOB) Pertamina-Medco E&P Tomori pada Senin (22/8).

"Saya sudah berada di Kota Palu untuk memberikan keterangan tentang apa yang saya lihat, rasakan, dan alami," kata AKBP Suhirman saat dihubungi wartawan per telepon di Palu, Sabtu.

Sebelumnya, Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Dewa Parsana, mengatakan, Kapolres Morowali dan semua anggotanya yang berada di lokasi kerusuhan akan diperiksa terkait insiden kerusuhan tersebut.

Dewa mengatakan, pemeriksaan terhadap Suhirman itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab selaku komandan tertinggi di Polres Morowali sekaligus untuk mengetahui apakah tindakan pengamanan tersebut telah berjalan sesuai prosedur tetap Polri atau tidak.

Menurut dia, pemeriksaan Suhirman itu rencananya akan dilakukan pada Minggu (28/8) pagi di Mapolda Sulteng oleh tim dari Mabes Polri.

Dewa Parsana menuturkan, jika dalam pemeriksaan nanti ditemukan ada kesalahan prosedur yang diatur dalam institusi Polri, maka AKBP Suhirman bersama beberapa anggotanya, termasuk aparat Brimob pasti akan diberikan sanksi tegas.

"Kita tunggu saja nanti apa hasil pemeriksaannya," ujar orang pertama di Polda Sulteng itu.

Dewa Parsana sebelumnya menyatakan bahwa kerusuhan di Pulau Tiaka, Kabupaten Morowali, Senin (22/8) sore, dipicu oleh kekecewaan warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato, karena investor minyak JOB Pertamina-Medco belum merealisasikan janji-janjinya kepada warga sektiar.

Terkait janji yang tidak direalisasikan perusahaan itulah, masyarakat berkumpul dan mendatangi Pulau Tiaka untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan. Namun, massa kecewa karena gagal dalam negosiasi.

"Amuk massa dan bentrokan dengan aparat kepolisian setempat tidak bisa dihindari," katanya.

Polisi olisi awalnya sudah melakukan langkah persuasif dan mengimbau massa agar tidak melakukan tindakan anarkis.

Namun, massa melakukan tindakan membabi buta, sehingga memaksa aparat kepolisian bertindak tegas di lapangan dengan melepaskan tembakan ke arah perusuh setelah sebelumnya didahului dengan tembakan peringatan ke udara.

Massa merusak fasilitas, termasuk membakar sumur minyak milik investor JOB Pertamina-Medco E&P Tomori di Pulau Tiaka.

Tidak hanya itu, menurut Dewa Parsana, AKBP Suhirman juga sempat diancam massa menggunakan clurit oleh massa di bagian lehernya, namun berhasil diselamatkan.

Akibat bentrokan itu, dua orangpenduduk tewas dan lima lainnya mengalami luka setelah terkena tembakan aparat.
(T.ANT-106)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011