Eskalasi konflik yang berkelanjutan tanpa hambatan yang jelas bagi Rusia menarik euro menuju pengujian 1,10 dalam beberapa hari mendatang
New York (ANTARA) - Mata uang terkait komoditas menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena dampak konflik yang meningkat di Ukraina membuat harga minyak dan bahan mentah lainnya terus melonjak.

Rubel Rusia jatuh 4,5 persen menjadi 106,02 terhadap dolar di perdagangan Moskow. Selama sesi, rubel mencapai rekor terendah 110,0, karena sanksi Barat menyusul invasi Moskow ke Ukraina memukul sistem keuangan Rusia.

Rubel telah kehilangan sekitar sepertiga nilainya terhadap dolar sejak awal tahun. Dalam perdagangan selanjutnya di luar Rusia, rubel menguat 6,61 persen versus greenback di 100,10 per dolar.

Mata uang Kanada, Australia dan Selandia Baru menguat karena investor memperkirakan akan mendapat manfaat dari harga-harga komoditas yang lebih tinggi.

Minyak mentah berjangka melonjak di atas 110 dolar AS per barel, serta harga gandum dan aluminium melonjak, dengan sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina terlihat mengganggu ekspor komoditas Rusia.

Aussie 0,66 persen lebih tinggi, kiwi naik 0,4 persen, sedangkan loonie Kanada menguat 0,8 persen terhadap dolar AS.

"Apakah itu berlanjut atau tidak tergantung pada apakah kita terus melihat pergerakan harga minyak yang lebih tinggi ini atau tidak. Itu akan menjadi kunci yang harus diperhatikan terutama mengingat fakta bahwa ada begitu banyak ketidakpastian yang berasal dari kisah Rusia-Ukraina," kata Bipan Rai, kepala strategi valuta asing Amerika Utara di CIBC Capital Markets, di Toronto.

Indeks dolar AS, yang melacak kinerjanya terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir datar setelah mencapai level tertinggi sejak Juni 2020. Euro hampir tidak berubah terhadap dolar, setelah tergelincir ke level terendah 21-bulan selama sesi.

"Eskalasi konflik yang berkelanjutan tanpa hambatan yang jelas bagi Rusia menarik euro menuju pengujian 1,10 dalam beberapa hari mendatang," kata Shaun Osborne, kepala strategi mata uang di Scotia Bank.

Sementara itu, Federal Reserve AS akan melanjutkan rencana untuk menaikkan suku bunga bulan ini guna mencoba menjinakkan inflasi, bahkan ketika pecahnya perang di Ukraina telah membuat prospek "sangat tidak pasti," kata Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (2/3).

"Dilihat dari kesaksiannya... itu cukup sejalan dengan pandangan kami bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pertemuan berikutnya," kata Rai.

Data menunjukkan pengusaha swasta AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diharapkan pada Februari dan data untuk bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi karena pemulihan pasar tenaga kerja meningkat.

Mata uang Kanada memperpanjang kenaikan setelah bank sentral Kanada menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,50 persen dalam kenaikan pertama sejak Oktober 2018, dan mengatakan akan melanjutkan fase reinvestasi dari program pembelian obligasi.

Peningkatan moderat dalam selera investor untuk mata uang berisiko membuat mata uang safe-haven franc Swiss dan yen Jepang tertekan, dengan dolar naik 0,2 persen terhadap franc dan naik 0,5 persen terhadap yen.

Sementara itu, bitcoin turun 0,31 persen.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022