Jakarta, (ANTARA News) - Dari 5.950 sungai di Indonesia, 600 diantaranya termasuk kategori rawan banjir yang juga diikuti longsor di berbagai daerah aliran sungai (DAS). Pernyataan itu dikemukakan oleh wakil dari LSM Peduli Lingkungan Yayasan Bina Pembangunan Yop Pandie di Jakarta, Senin (6/2). Ia mengemukakan hal tersebut merujuk pada data Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Menurut dia, dari 600 sungai itu, 33 DAS ternyata rawan banjir akibat oleh pengundulan hutan, hutan ditebang atau dikonversi menjadi lahan pertanian, pemukiman, kawasan wisata dan sebagainya. "Dengan kondisi seperti itu tidak satupun provinsi bebas dari ancaman banjir, bahkan ibukota negara," katanya. Catatan KLH menyebutkan, pada musim hujan 2003 sampai 2004 ada 236 peristiwa banjir di 136 kabupaten sedangkan pada 2004 sampai 2005 terjadi 171 banjir di 23 propinsi, 64 orang tewas,35 hilang, 23.872 rumah rusak, 593970 rumah tergenang, 37 jembatan rusak, 231.801 orang mengungsi,serta 13.321.263 ha sawah dan 14.478 ha perkebunan tergenang banjir. Pada awal 2006, musim hujan belum sampai puncak tapi banjir sudah terjadi di beberapa daerah seperti Jember, Banjanegara, Gorontalo, dan Lombok. "Sumber petaka tidak hanya faktor klimatologi, seperti curah hujan tinggi dan kondisi geologi, tapi faktor ulah manusia juga dominan," ujarnya. Permasalahan di pedesaan, kata dia, hutan berubah fungsi sedangkan di perkotaan pelanggaran tata ruang yang menyebabkan bantaran sungai kehilangan fungsi dan kurangnya kesadaran serta ketidakpedulian masyarakat menjaga kualitas lingkungan hidup makin memperparah keadaan. Sementara itu pada kesempatan sebelumnya Asisten Deputi Urusan Pengendalian Kerusakan Hutan/Lahan KLH Hermono Sigit menyatakan bahwa dalam hal kerusakan lingkungan Pulau Jawa ada di daerah merah. "Jawa itu memang sudah lampu merah, bukan cuma masalah banjir atau longsor yang memang mengancam seluruh Jawa tetapi karena daya dukung lingkungannya memang sudah turun," ujarnya. Menurut dia, kondisi saat ini adalah laju kerusakan hutan seakan berlari sementara laju reboisasi merangkak. "Setidaknya tutupan hutan ideal di Pulau Jawa adalah sekitar 30 persen untuk setiap DASnya, sementara itu pada kenyataannya sangat kurang dari itu," ujarnya. Salah satu penyebabnya, kata dia, adalah tekanan pertambahan penduduk yang luar biasa besar. "Tekanan itu menimbulkan lapar lahan sehingga akhirnya terus merambah lahan yang mungkin sampai ke titik ambang batas," katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006