Jakarta (ANTARA News) - Mantan karate nasional, Tommy Firman tersentuh memantau rekan-rekan sesama atlet yang hidup dalam kemiskinan.

Menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriyah pekan lalu, ada juga mantan atlet yang sulit merayakan bersama keluarganya karena kondisi ekonominya yang masih miskin. Namun ia bersyukur, masih ada pihak swasta seperti Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) yang peduli memberikan santunan.

Dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu, menyebutkan, YOI memberikan santunan pada Wempi Wungau dari mantan atlet cabang binaraga dan Hasan Lobubun mantan petinju nasional.

Kedua mantan atlet ini untuk memberikan nafkah anak dan istrinya saja terpaksa harus menguras tenaga. Seperti halnya Wempi menjadi keamanan dadakan ketika ada orang yang memerlukannya. Begitu juga dengan Hasan Lobubun yang kini menjadi pemulung.

Tommy Firman yang juga Sekjen Masyarakat Olahraga Indonesia (MOI) mengimbau, agar YOI bisa menjadikan bapak angkat bagi mantan atlet yang ada di bawah garis kemiskinan.

Dengan begitu, bapak angkat pada mantan atlet ada bukan ketika atlet saat berjaya saja, namun dimasa pensiunnya juga mendapat perhatian serius. Ia bersyukur, berdirinya Yayasan Olahragawan Indonesia peduli terhadap kehidupan mantan atlet yang ada di bawah garis kemiskinan mulai diwujudkan.

Tommy berharap, agar bantuan yang diberikan pada mantan atlet itu tidak hanya dalam bentuk materi. Usahakan pada sektor yang memberikan pendidikan, seperti halnya sektor usaha maupun asuransi pendidikan bagi putra-putrinya. Dengan begitu kehidupan mantan atlet mendapat perhatian serius dari pihak swasta, meski dari pemerintah belum muncul kepermukaan.

Memperhatikan kehidupan masa depan atlet ketika sudah pensiun tentunya menjadi kewajiban pemerintah. Pasalnya, ketika jayanya dulu sebagian besar mantan atlet mencurahkan hidupnya untuk membawa nama harum bangsa dan negara, ketika mengibarkan bendera Merah-Putih diberbagai negara.

Tommy yang juga peraih dua medali emas di cabang karate SEA Games XIX Jakarta tahun 1997 ini menegaskan, perhatian penuh pada mantan atlet sudah dilakukan pemerintah Malaysia, Thailand dan China.

Atlet yang berhasil menyumbang medali emas di SEA Games saja, kelangsungan hidup serta anak istrinya ditanggung pemerintah. Apalagi mantan atlet yang pernah mengukir medali emas di kejuaraan dunia maupun Olimpiade.

Perhatian pemerintah Malaysia hendaknya dicontoh Indonesia, jika hendak pembibitan dan pembinaan atlet mengalami peningkatan. Sementara saat ini pembibitan dan pembinaan atlet nasional semakin merosot. Bahkan saat menerjunkan atletnya di berbagai event internasional masih mengandalkan atlet yang sudah uzur.

Kondisi seperti itu bisa berubah, dengan catatan ada perhatian pemerintah terhadap kehidupan mantan atlet. Bila perhatian itu muncul dan berjalan seperti Malaysia, maka para orang tua tidak keberatan putra-putrinya menekuni profesi sebagai atlet nasional, hingga mencapai prestasi puncak baik di kejuaraan dunia maupun olimpiade sekalipun, demikian Tommy Firman.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011