Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis THT dari RS Siloam Hospitals Mampang Jakarta, dr Fransiskus H Poluan Sp THT KL, mengatakan peradangan pada bagian hidung dan sinus paranasal atau sinusitis dapat disebabkan sakit gigi.

"Sinusitis dapat juga disebabkan oleh sakit gigi yang dinamakan sinusitis dentogen,” ujar Fransiskus dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

Gejala umum yang terjadi yaitu ditemukan adanya hidung tersumbat, kemudian adanya lendir pada lubang hidung. Lendir yang kental dengan warna hijau, kuning, ataupun berupa kecoklatan. Bisa juga disertai dengan nyeri pada bagian wajah seperti di atas pipi dan area sekitar tengah antara mata.

"Nyeri ini disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan dari cairan di dalam sinusnya ataupun akibat adanya penebalan pada lapisan hidung," tambah dia.

Di kalangan usia anak, umum diiringi dengan batuk karena kesulitan dalam upaya mengeluarkan lendirnya. Untuk mengetahui kondisi peradangan itu, dapat dilakukan CT-Scan sinus paranasal.

"Tujuannya apakah ditemukan penumpukan cairan atau penebalan mukosa (lapisan selaput lendir yang berfungsi untuk membuat udara setelah dihirup),’” terang dia.

Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi agar diketahui apakah ditemukan adanya pembengkakan atau penyempitan pada saluran muara sinus. Setiap penyakit yang tidak ditangani dengan baik akan berakibat komplikasi, pada kasus sinusitis itu bisa berdampak pada mata menjadi bengkak sampai dapat mempengaruhi penglihatan. Penyakit sinusitis itu tidak selalu harus ditangani dengan tindakan operasi sebagai solusinya.

"Ada tindakan yang bisa dilakukan untuk langkah non operasi seperti misalnya memperbaiki gaya hidup, kemudian menghindari paparan debu yang menyebabkan alergi, olahraga teratur untuk meningkatkan imun tubuh," jelas dokter lulusan Unpad itu.

Selain memperbaiki gaya hidup, menghindari paparan zat yang dapat mengganggu lapisan dalam (mukosa) hidung juga bisa dilakukan dengan metode pengobatan yang bisa mengurangi radang/pembengkakan dan bisa mengurangi alerginya, serta obat yang dapat mengurangi sumbatan. Pemberian antibiotik harus diberikan sebijak mungkin karena penyakit sinusitis itu paling banyak disebabkan oleh virus, bukan bakteri.

Setelah dilakukan pengobatan secara maksimal tetapi tidak ditemukan perubahan, maka langkah terakhir akan dilakukan tindakan operasi dengan tujuan membuka saluran yang tertutup atau tersumbat, dan memelihara lapisan-lapisan yang masih berfungsi dengan baik.

"Jadi selama tidak ditemukan komplikasi pada penyakit rinosinusitis atau sinusitis, maka tindakan operasi tidak diperlukan,” imbuh dia.

Baca juga: Penanganan yang tepat untuk penderita gejala sinusitis
Baca juga: Tips dokter cegah gigi ngilu
Baca juga: Cegah masalah gigi saat PPKM Darurat ternyata tak sulit

Pewarta: Indriani
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2022