Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kota Sabang menyebutkan komoditi Salak Sabang akan segera mendapatkan hak paten dari Kementerian Pertanian RI, sehingga akan menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat wilayah Pulau Weh itu.

Wali Kota Sabang Nazaruddin, Rabu, mengatakan sudah saatnya salak yang selama ini tumbuh di wilayah Sabang didaftarkan sebagai varietas Salak Sabang, melalui Dinas Pertanian dan Pangan Kota Sabang serta didukung UPTD BPSBTPHP Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh.

"Bersamaan dengan pendaftaran varietas Salak Sabang maka uji sertifikasi prima bebas residu sangat diperlukan, dan sampel buah salak nantinya akan diuji terlebih dahulu dari bebas residu oleh UPTD Balai Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Dinas Pangan Aceh," kata Nazaruddin.

Wali kota menilai komoditi pertanian di daerah Pulau Weh itu akan kembali bangkit, seiring dengan pendaftaran varietas Salak Sabang yang akan segera keluar paten, serta juga pemasangan label bersertifikat untuk benih kacang tanah dan identifikasi varietas nilam.

Ia mengapresiasi Distanbun Aceh, UPTD BPSBTPH Distanbun Aceh serta Dinas Pertanian dan Pangan Kota Sabang yang telah berupaya dan berusaha untuk membangkitkan kembali sektor pertanian di Kota Sabang.

Nazaruddin mengajak seluruh penyuluh dan tim teknis pertanian dan pangan Kota Sabang untuk meyakinkan petani bahwa masih banyak komoditi-komoditi unggulan di wilayah Kota Sabang yang dapat memberi dampak ekonomi bagi masyarakat.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Sabang Fakri mengatakan untuk saat ini Salak Sabang sedang dalam proses pengambilan sampel terakhir, yang selanjutnya akan dikirim ke Laboratorium Universitas Syiah Kuala untuk pemeriksaan.

"Hasil sampel dari beberapa kali turun ke lapangan, sudah di kirim ke Bogor. Kita buat perbandingan dengan salak dari Sleman, dan hasilnya 80 persen berbeda, sehingga balai memutuskan kita sudah bisa mempatenkan salak varietas Sabang," katanya.

Sebelumnya, UPTD BPSBTPH Distanbun Aceh Habiburrahman menjelaskan Salak Sabang itu ditanam di wilayah Balohan, Kota Sabang dengan luas lahan sekitar 25 hektare. Pohon salak ini sudah ditanami ribuan batang dengan usia bervariasi, antara 25-30 tahun.

Pihaknya, sudah melakukan tes DNA terhadap Salak Sabang tersebut dan hasilnya tidak sama dengan bibit induknya yang berasal dari dari Yogyakarta. Saat ini sudah dalam proses eksplorasi dan telah ditetapkan Rumpun Induk Populasi (RIP).

“Rata-rata salak Sabang itu sudah berusia 25 tahun ke atas hingga 30 tahun. Bibit dasarnya diambil dari Yogyakarta, Magelang, tapi itu sudah kita jadikan sebagai varietas lokal, karena usia sudah lebih dari 10 tahun itu bisa diklaim varietas lokal,” katanya.
Baca juga: Kemendag lepas ekspor salak pondoh asal Yogyakarta ke Kamboja
Baca juga: Sleman kembali ekspor salak setelah terhenti akibat pandemi COVID-19

 

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2022