Bandung (ANTARA) - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat Iendra Sofyan mengaku kesal dan geram dengan situasi terkait kelangkaan minyak goreng yang terjadi hingga saat ini.

"Untuk minyak goreng, tidak ada perkembangan yang lebih baik," kata Iendra Sofyan saat ditanyakan tentang hasil evaluasi operasi pasar murah minyak goreng oleh wartawan, di Bandung, Rabu.

Iendra mengatakan sudah hampir satu bulan pemda menggelar operasi pasar minyak goreng di sejumlah pasar tradisional dan ritel modern yang ada di Jawa Barat.

Akan tetapi, kata dia, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat menilai harga dan suplai minyak goreng masih jadi persoalan di lapangan.

Pihaknya menyatakan setiap dua hari sekali rutin menggelar rapat evaluasi soal minyak goreng dengan stakeholder terkait mulai dari kabupaten/kota hingga aparat kepolisian.

Menurut dia, kondisi lapangan belum berubah, konsumen masih kesulitan mencari minyak goreng, pasokan di pasar maupun ritel begitu cepat habis, sementara Kementerian Perdagangan (Kemendag) masih menyakini bahwa suplai ke lapangan sudah menggelontor banyak.

"Jadi di lapangan tidak ada, Kemendag bilang sudah 72 juta liter, kamarana (kemana) itu," katanya.

Baca juga: Mendag: Stok minyak goreng melimpah, HET tak dicabut

Iendra menilai kementerian masih mempercayai data yang berasal dari para produsen, namun Jawa Barat yang dikatakan mendapat guyuran puluhan juta liter pun masih kesulitan.

"Kami meminta bantuan teman-teman kabupaten/kota meninjau ke distributor ada atau tidak. Kami ingatkan terus kabupaten/kota melakukan pengecekan itu," katanya.

Akan tetapi, kata Iendra, kabupaten/kota mengakui bahwa untuk memantau langsung ke gudang distributor bukan perkara mudah. Sejumlah daerah mengakui berhasil mendapatkan data, sisanya menyerah.

"Ada yang berhasil, distributor ada stok tapi dicicil, ada juga yang tidak ada sama sekali. Ada stok, tapi setelah dua tiga hari habis, tidak ada lagi, sementara PO itu lama. Jadi harus benar-benar diselidiki apakah betul produsen sudah mengeluarkan suplai. Kalau sudah mentoknya di distributor yang mana," ujarnya.

Iendra juga mengkritisi sikap konsumen yang memiliki kecenderungan panic buying dengan membeli minyak goreng melebihi kebutuhan.

Menurut dia, persoalan ini dikeluhkan oleh pihak ritel, di mana ketika suplai mulai lancar, minyak goreng bisa langsung habis dalam hitungan jam.

"Isunya itu, jadi ada miss informasi antara produsen dan kondisi di lapangan, kontinuitas pasokan tidak terjaga, ketiga isu pemerataan distribusi dan pengaruh pada harga," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan Disperindag Jabar sendiri sudah mewacanakan untuk langsung menjual minyak goreng ke tingkat RT sebagai jalan keluar yang lebih efektif untuk menekan kelangkaan minyak goreng.

Saat ini, kata Iendra, pihaknya tengah meminta kepastian dari Kemendag agar wacana ini bisa terealisasi terutama urusan suplai.

Baca juga: Mendag naikkan DMO minyak goreng jadi 30 persen

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022