Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan jurus Kementerian Perdagangan dalam mentransformasi perdagangan yang akan berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19.

"Meskipun tidak ada yang bisa dilakukan secara instan, tapi Kemendag harus berpikir secara 'out of box'," kata Mendag ditayangkan virtual, Kamis.

Mendag menyampaikan hal itu saat meresmikan Rapat Kerja Kemendag bertajuk "Transformasi Struktural Perdagangan dan Pemulihan Ekonomi Nasional" di Bali.

Pertama, lanjut Lutfi, Indonesia perlu menyelesaikan persoalan COVID-19 sekaligus bersiap untuk memastikan bahwa ketika terjadi pandemi di masa yang akan datang, Indonesia dapat bergerak lebih cepat untuk mengatasinya.

"Kemendag perlu memikirkan bagaimana perdagangan sektor kesehatan ini musti bertransformasi untuk mendukung upaya tersebut," ujar Mendag.

Kedua, terkait kenaikan harga bahan pokok dunia juga perlu diantisipasi Indonesia. Menurut Mendag, RI dapat belajar dari pengalaman kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) dunia.

Sebagai produsen CPO dunia, Indonesia menunjukkan taji untuk bisa mempengaruhi kenaikan harga CPO dunia. Namun, ketika harga CPO internasional tinggi, Indonesia kembali beraksi agar harga CPO di dalam negeri terpisah dari harga internasional.

Setelah kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) diberlakukan, pasokan minyak goreng melimpah di dalam negeri, dan harga mulai turun.

"Ketika saya ingin menaikkan DMO lagi ke 30 persen, saat itu harga CPO disuspen dua kali. Karena naik 10 persen disuspen, naik lagi 10 persen disuspen lagi. Jadi ini menunjukkan bahwa kita bisa mendikte dunia. Dan barang-barang kita, bukan hanya CPO, tapi nikel, bauksit, aluminium dan juga bahan turunannya, penting untuk berlaku serupa di masa yang akan datang," ujar Mendag.

Oleh sebab itu, lanjut Lutfi, Indonesia musti memastikan bahwa barang-barang RI dapat menjadi bagian dari pilar perekonomian dunia, tetapi bukan Indonesia yang ditentukan dunia.

Ketiga, karena Indonesia sedang bertransformasi ke dalam ekonomi yang lebih baik, ada beberapa hal yang musti dipikirkan, yaitu bagaimana Kementerian Perdagangan menjadi pembela barang-barang ekspor Indonesia.

"Jadi kita musti bersama-sama baik itu di tingkat Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Dirjen Perundingan Perdagangan Dalam Negeri, atau perwakilan perdagangan di seluruh dunia harus bisa memastikan bahwa barang-barang dengan merek global yang diproduksi di Indonesia dapat bersaing di level setara dengan produk-produk dari negara asalnya," ujar Lutfi.

Jurus lainnya yakni kerja sama antara pasar, pengusaha, dan Kemendag untuk dapat terus menjalin kekompakan, sehingga bisa menentukan harga produk perdagangan dunia.

"Dan ketika kita kompak, kita juga bisa memastikan bahwa harga di dalam negeri bisa terjangkau. Dan bisa dipastikan kompetitif dibandingkan harga yang lain," tukas Mendag.

Terakhir, Indonesia perlu menyadari pentingnya bertransformasi menuju era digital, karena perekonomian digital mampu menutup kesenjangan yang kaya dan miskin.

"Oleh sebab itu, digitalisasi untuk 1 juta pedagang pasar di 2022 harus tercapai. Karena kita harus mengantisipasi pandemi-pandemi maupun gangguan ekonomi yang akan datang," pungkas Mendag.

Baca juga: Langkah tegas Mendag perlancar distribusi minyak goreng dinilai tepat

Baca juga: Mendag: Stok minyak goreng melimpah, HET tak dicabut


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022