Surabaya (ANTARA News) - Utusan Kerajaan Inggris, Penasehat Keagamaan Kementerian Dalam Negeri Kerajaan, Dr. Maqsood Ahmed OBE, Rabu, mengunjungi kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur guna mengawali silaturrahmi empat hari ke lembaga pendidikan dan kesehatan NU di Jatim. Kedatangan Maqsood Ahmed yang didampingi dua utusan Pengurus Besar (PB) NU itu diterima Ketua PWNU Jatim, KH Drs. Ali Maschan Moesa MSi, Wakil Katib Syuriah, KH Abdurrahman Navis Lc, Wakil Ketua PWNU Jatim, H. Sholeh Hayat, dan Wakil Sekretaris H. Ahmad Sujono. Usai silaturrahmi itu, utusan Kerajaan Inggris tersebut meninjau Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar milik NU di Sidoarjo. Maqsood Ahmed berada di Indonesia sejak 30 Januari hingga 10 Februari 2006, serta memanfaatkan waktu selama empat hari untuk Muhammadiyah dan empat hari untuk NU. Untuk Muhammadiyah, Maqsood Ahmed menghadiri seminar di Jakarta, Bandung, dan Magelang, sedangkan untuk NU dengan mengunjungi PBNU, RSI NU, dan beberapa pesantrennya. Menurut Ali Maschan, kunjungan utusan Kerajaan Inggris itu untuk melakukan studi banding tentang dakwah dan kurikulum pendidikan yang dijalankan NU, sebab jumlah pemeluk Islam di Inggris mengalami peningkatan signifikan, sehingga pemerintah Inggris perlu merespon dengan kebijakan yang tidak menyimpang dari Islam. "Apalagi, ada sekitar lima hingga tujuh persen masyarakat Inggris merupakan pemeluk Islam yang mayoritas dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah, seperti layaknya amaliah NU, karena itu mereka ingin belajar banyak kepada NU," kata pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna, Jemurwonosari, Surabaya itu. Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya itu mengatakan, Maqssod menjelaskan di Inggris ada lembaga pendidikan Islam yang sangat maju milik penyanyi Cat Stevens atau Yusuf Islam, yakni Islamic School yang merupakan lembaga pendidikan mulai dari SD (Sekolah Dasar) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas). "Sekolah itulah yang selama ini dibantu pemerintah Inggris, dan dengan perkembangan Islam di negeri itu yang semakin maju, pemerintahnya ingin memberikan perhatian kepada lembaga lain. Karena itu pemerintah Inggris mengutus Maqsood ke NU, sebab kalau di Timur Tengah umumnya kan berpaham Wahabi, bukan Sunni," katanya. Selain itu, kata kandidat doktor di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, pemerintah Kerajaan Inggris juga ingin melakukan studi atas kurikulum yang diterapkan di pesantren (lembaga pendidikan di lingkungan NU) yang mampu mengajarkan Islam secara komprehensif, sehingga melahirkan kader Islam yang moderat. "Model itu dinilai cocok untuk Inggris, karenanya saya jelaskan kepada beliau bahwa kurikulum pembelajaran agama di lingkungan NU bermula dari akidah (keimanan) dan ahlak (moral), kemudian baru menginjak pada syariat (fiqih atau hukum Islam), sehingga masyarakat NU tidak semata-mata mengacu kepada syariat/fiqih," ucapnya. Bahkan, syariat atau fiqih yang diajarkan di lingkungan NU juga berkisar pada masalah hukum Islam yang mendasar, seperti bersuci, shalat, zakat, puasa, haji, pernikahan, perdagangan, dan sejenisnya. "Soal imamah (kepemimpinan/kekuasaan) baru diajarkan di bagian akhir, sehingga santri tidak berorientasikan politik," kata Ali Maschan. Usai silaturrahmi itu, utusan Kerajaan Inggris juga meninjau Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar di kota Sidoarjo yang dikelola Muslimat NU. Keesokan harinya (9/2), Maqsood dijadwalkan meninjau Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang dan Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang. Sebelumnya, Maqsood mengunjungi PBNU dan berdiskusi dengan pimpinan PBNU di Jakarta, kemudian mengunjungi Pesantren Asshiddiqiyah, Batu Ceper, Jakarta. Setelah itu, ke Pesantren Al-Masthuriyyah, Cibadaj, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (7/2). (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006