"Nyaman. Tidak ada pengamen atau pengasong, apalagi pencopet"
Jakarta (ANTARA News) - Warga DKI Jakarta mendapat angin segar manakala Bus Kopaja jurusan Ragunan - Grogol bernomor trayek S-13 beroperasi sejak 8 Agustus lalu.

Bus reguler yang selama ini umum dikesankan kumuh itu kini berfasilitas penyejuk udara.

Konsumen pun menyambut gembira peluncuran bus kota AC bertarif sama dengan bus reguler, Rp2.000!. Sebagai uji coba, ada 20 armada yang dioperasikan.

"Nyaman. Tidak ada pengamen atau pengasong, apalagi pencopet. Kenyamanannya seperti busway. Tarifnya murah meriah. Seneng deh pokoknya," ujar Asti Rianti (21), mahasiswi sebuah universitas swasta di Jakarta Barat yang berdomisili di Cilandak, Jakarta Selatan.

Pendapat Asti diamani Susilawati (39), ibu rumah tangga beranak satu.

"Saya was-was kalau membawa anak saya pergi saat menaiki angkutan umum. Naik busway penuh sesak, naik Kopaja biasa atau Metro mini sopirnya ugal-ugalan. Tapi Kopaja AC ini sesuai dengan harapan saya," katanya.

Bus Kopaja AC idaman baru itu sempat berhenti beroperasi karena aksi mogok bus awak Kopaja AC karena tarifnya dianggap tidak sesuai harapan mereka. Belakangan sejumlah bus beroperasi lagi.

Karena yang beroperasi lagi tidak banyak, maka antrean penumpang pun menjadi memanjang.

"Saya sudah menunggu setengah jam lebih. Tetapi tidak satu pun Kopaja AC yang lewat. Tadi ada yang lewat satu, tapi nggak mau berhenti," ujar Husein (41) yang menunggu di halte Semanggi.

Beberapa penumpang melontarkan keluhan sama. Mereka juga kaget dengan tarif yang berubah.

"Kok tarifnya naik jadi Rp5.000 rupiah? Kenapa tidak ada sosialisainya?" ujar Titin (27), yang berpergian bersama beberapa temannya.

Dayat Nursalim (39), karyawan sebuah perusahaan di daerah Slipi, menyambung, "Saya tidak masalah dengan harga Rp5.000 rupiah, asal fasilitas dan pelayanannya tetap sama seperti waktu pertama kali diluncurkan."

Berubah

Persoalan tarif ini sudah sampai ke telinga pemerintah daerah. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan memang pihaknya dan Kopaja belum menyepakatinya.

Kopaja meminta Gubernur DKI Jakarta melalui Organisasi Pengusaha Angkutan Darat DKI, tarif Rp2.000 dinaikkan menjadi Rp6.000,00. Alasannya, demi mendukung kelancaran operasional mereka.

Namun, kata Udar, usul perubahan tarif itu mesti melalui dulu proses yang cukup panjang. Pertama surat permohonan kenaikan tarif disampaikan kepada Gubernur DKI melalui Organda DKI.

Gubernur lalu memerintahkan Dishub dan Biro Ekonomi memeriksa kelengkapan permohonan itu.  Selesai di tahap ini, Gubernur DKI akan menerbitkan persetujuan itu. Surat lalu dikembalikan kepada Organda DKI dalam bentuk surat persetujuan yang nantinya ditetapkan langsung oleh Organda DKI.

Sayang, kata Udar, saat usul itu masih dalam proses, awak Kopaja malah mogok kerja.

Pertimbangan Dishub sendiri tentang besaran tarif itu adalah biaya perawatan Kopaja AC dan daya beli masyarakat.

Namun, jika pun permintaan Kopaja itu tak disetujui, pemerintah diharapkan tetap dapat menetapkan tarif nonekonomi untuk Kopaja berkapasitas 35 penumpang itu.

Pertimbangannya, sifat layanan bus Kopaja AC telah berubah dari ekonomi menjadi nonekonomi.

Kendati demikian, Kopaja AC harus mematuhi keputusan Gubernur.

Wajar

Satu hal yang mesti menjadi perhatian, mengutip pengamat transportasi DKI Jakarta, Edhie Toet, kenaikan tarif Kopaja AC harus menguntungkan semua pihak.

"Pemerintah perlu menghitung berapa rupiah masyarakat mampu membayar, sementara pengusaha juga harus tetap untung dan sopir sejahtera," kata Edhie.

Pemerintah juga harus memikirkan jasa yang diberikan Kopaja AC, terutama dari segi kenyaman dan bahan bakar yang digunakan yang otomatis lebih banyak mengingat bus menggunakan penyejuk udara.

"Jadi, wajar kalau pihak mereka (Kopaja) meminta tarif lebih tinggi," katanya.

Lebih jauh dia berkata, bila kesejahteraan sopir Kopaja AC terpenuhi, maka mereka tidak akan ugal-ugalan mengendari bus seperti selama ini umum terjadi pada bus-bus non-AC.

Meski begitu, perekrutan sopir mesti diperketat untuk memastikan mereka tidak ugal-ugalan di jalan.

Menurut Edhie, bila tarif yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan biaya perawatan Kopaja AC, maka sirnalah lagi harapan warga Jakarta akan adanya angkutan umum nyaman nan aman.

Kopaja AC, katanya, kalau diberi harga sesuai dan baik bisa menjadi ikon baru seperti TransJakarta.

"Saya rasa tarif Rp4.000 hingga Rp5.000 rupiah itu masih sesuai dan sepadan," pungkasnya.(*)

SDP-02/E007/H-KWR

Oleh Maria Rosari Dwi P
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011