Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarBank di Jakarta Senin pagi bergerak kembali melemah sebesar 40 poin ke posisi Rp8.800 dibanding sebelumnya Rp8.760 per dolar AS.

Analis Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, di Jakarta, Senin mengatakan, masalah utang beberapa negara di kawasan Eropa memicu pelaku pasar jangka pendek melakukan ambil untung.

"Melemahnya rupiah pagi ini disebabkan pelaku pasar yang masih kawatir dengan krisis di Eropa sehingga memicu `profit taking," kata dia.

Ia menambahkan, pelaku pasar terutama asing masih melanjutkan untuk memangkas kepemilikan asetnya di Indonesia sejak pekan lalu.

Meski demikian, lanjut dia, disinyalir investor jangka panjang masih berada di dalam negeri. Tindakan intervensi bank sentral berhasil mengembalikan kepercayaan pasar.

Ia menambahkan, secara teknikal mata uang rupiah sudah dapat bergerak menguat terhadap dolar AS setelah mengalami pelemahan selama pekan kemarin.

"Idealnya rupiah berada di level Rp8.600 hingga Rp8.700. Namun fundamental yang belum kondusif membuat rupiah pergerakannya susah diprediksi," kata dia.

Ia menambahkan, rupiah diprediksi akan kembali menguat dalam jangka waktu menengah sampai jangka panjang dipicu dari dukungan Bank Sentral AS The Federal reserve (The Fed) yang sudah mulai memberi sinyal stimulus Quantitatif Easing (QE).

Analis Samuel Sekuritas menambahkan, tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang terus melemah membuat posisi cadangan devisa (cadev) turun sebesar dua miliar dolar AS, dari posisi akhir Agustus sebesar 124,6 miliar dolar AS menjadi sekitar 122 miliar dolar AS.

"Penurunan cadev tersebut merupakan intervensi Bank Indonesia akibat keluarnya modal asing, yang diindikasikan lebih karena efek global dan memburuknya penanganan terhadap krisis utang di kawasan Eropa," kata dia.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011