Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan implan tulang belakang yang akan segera memasuki tahapan uji klinis untuk mendukung kemandirian bangsa Indonesia.

"Yang kami kembangkan adalah produk implan tulang belakang yang dipasangkan arah posterior dari tulang belakang yang ditargetkan mempunyai beberapa fungsi untuk memperbaiki kondisi tulang belakang," kata perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Material Maju BRIN, I Nyoman Jujur dalam Webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi (Walidasi) Edisi Fasilitasi Pengujian Produk Inovasi Kesehatan (PPIK) Batch 1 2022 di Jakarta, Selasa.

Inovasi implan tulang tersebut dapat menjadi substitusi impor dan mendukung penguatan teknologi produksi industri alat kesehatan dalam negeri.

Baca juga: BRIN fasilitasi uji klinis implan tulang hingga obat fitofarmaka

Prototipe implan tulang belakang itu telah melalui uji praklinis, dan selanjutnya sedang bersiap untuk pelaksanaan uji klinis yang mendapatkan pendanaan dari BRIN melalui skema Pengujian Produk Inovasi Kesehatan (PPIK) 2022.

Kandidat lokasi pelaksanaan uji klinis implan tulang belakang tersebut adalah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto, dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Dalam pengembangan implan tulang belakang tersebut, Nyoman dan tim melakukan penguasaan teknologi kunci seperti pedicle screw, yakni sekrup yang harus ditanam di tulang belakang dan berfungsi sebagai penguat ke arah yang harus diluruskan dari tulang tersebut.

Pada saat sekrup ditanam, maka kinerja pull out dari sekrup harus bagus, dan itu menjadi teknologi yang dikembangkan peneliti BRIN bekerja sama dengan mitra.

Nyoman menuturkan implan tulang tersebut bermanfaat untuk membentuk suatu konstruksi penyokong yang mengoreksi deformitas dan instabilitas tulang belakang.

Penggunaan implan tulang belakang akan dapat mengoreksi kelainan bentuk, penyakit degeneratif diskus, infeksi, tumor, maupun patah tulang pada regio tulang belakang.

Baca juga: BPPT komersialkan produk implan tulang traumatik stainless steel

"Kita mulai desain dengan implan tulang belakang, tadi diskusi dengan para dokter, kita serahkan industri buat prototipe, kita lakukan uji kinerja pull out tadi untuk meyakinkan pedicle screw-nya sesuai dengan standar," ujarnya.

Nyoman mengatakan prototipe implan tulang belakang bagian thoracolumbar paling banyak dibutuhkan. Pengembangan prototipe mengikuti tren teknologi implan tulang belakang. Kinerja prototipe telah mengalami uji dinamis (pull out test) dengan Universal Testing Machine (UTM) dan uji praklinis pada kadaver.

Selain itu, telah dilakukan penyesuaian antara komponen implan tulang belakang dengan instrumen pemasangnya.

Dalam perjalanan riset implan tulang, periset BRIN bekerja sama dengan Departemen Oral Biologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan uji in vitro dan in vivo.

Baca juga: Pengembangan material MRI dan implan tulang tingkatkan kemandirian

Baca juga: Menristek upayakan inovasi implan tulang BPPT gantikan produk impor


Uji in vitro menunjukkan material implan tidak bersifat toksik. Uji in vivo menunjukkan material implan yang diuji bersifat biokompatibel bagi jaringan tulang femur tikus.

Sedangkan uji kadaver yang dilakukan di Fakultas Kedokteran UI/RSCM menunjukkan prototipe implan tulang belakang sudah cukup baik.

Sementara dalam uji klinis, BRIN bekerja sama dengan mitra industri, yakni PT Zenith Allmart Precisindo untuk membuat prototipe implan tulang. Mitra industri akan membantu dalam pengadaan bahan, pemesinan dan anodizing serta instrumentasi alat pasang.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022