Jakarta (ANTARA) - National Air and Space Power Center Indonesia (NASPCI) bekerja sama dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan S. ASEAN International Advocacy & Consultancy (SAIAC) mengumpulkan pakar, diplomat, dan industri membahas isu-isu seputar antariksa dan satelit.

Ketua NASPCI Marsekal Pertama TNI Penny Rajendra dalam sambutannya saat acara Diplomatic Workshop, menekankan perbincangan, diskusi, dan pertemuan yang membahas isu-isu keantariksaan dan satelit sangat penting karena seluruh pihak berkepentingan memastikan antariksa (space) menjadi tempat yang aman dan bermanfaat untuk semua.

“Diplomatic Workshop ini pun digelar dengan tujuan tidak hanya menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya antariksa untuk komunitas-komunitas di dalam negeri, tetapi juga untuk memantik dialog, dan lebih banyak kolaborasi dengan mitra dari luar negeri terkait penggunaan teknologi antariksa dan satelit,” kata Penny saat membuka acara tersebut di Gedung NASPCI di Kompleks Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis.

Baca juga: BRIN susun peta jalan keantariksaan yang relevan dan implementatif

Penny menyoroti beberapa isu yang perlu menjadi perhatian bersama, termasuk di antaranya terkait keamanan antariksa (space security), ragam ancaman antariksa misalnya sampah-sampah luar angkasa (space debris), hingga penggunaan satelit baik untuk kepentingan militer maupun non-militer.

“Ancaman yang dihadapi dari luar angkasa dapat dikategorisasi menjadi ancaman militer dan non-militer. Penggunaan satelit komersial atau penggunaan senjata berbasis satelit harus menjadi perhatian, ancaman space debris masa depan juga perlu menjadi sorotan,” kata Penny.

Persoalannya, kata dia, saat ini belum ada kebijakan yang secara jelas dan komprehensif mengatur soal tata kelola satelit atau benda-benda angkasa lainnya, padahal perangkat tersebut dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan Bumi.

Oleh karena itu, Penny menilai perlu ada kesepakatan bersama mengatur satelit-satelit yang diluncurkan ke luar angkasa sehingga itu tidak mengancam Bumi dan kehidupan di dalamnya.

Menurut dia, space situational awareness (kesadaran terhadap lingkungan sekitar di luar angkasa) pun menjadi penting.

Baca juga: BRIN dukung pembentukan kebijakan antariksa 2045

Dalam acara itu, salah satu perwakilan dari kelompok diplomat, yaitu Duta Besar Chile untuk Indonesia Mario Ignacio Artaza sepakat atas pentingnya kolaborasi dan pertemuan yang secara rutin membahas soal tata kelola antariksa.

Dia menyebut untuk negara-negara berkembang Global South seperti Chile dan Indonesia, isu-isu terkait antariksa yang perlu menjadi perhatian mencakup akses yang setara untuk eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya antariksa (space mining), kemudian space sustainability, dan keterkaitan antariksa dengan pertahanan dan keamanan nasional masing-masing negara.

“Ini adalah bidang-bidang yang kami tertarik untuk bekerja sama, berkolaborasi dengan Indonesia,” kata Artaza dalam forum itu.
Beberapa perwakilan negara asing berdiskusi dalam acara Diplomatic Workshop yang digelar NASPCI bekerja sama dengan SAIAC dan BRIN bertajuk “Indonesia’s Satellite and Space Directives” di Gedung NASPCI di Kompleks Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (25/4/2024). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.


Dalam acara itu, beberapa perwakilan negara sahabat yang hadir, di antaranya Dubes Chile untuk Indonesia Mario Ignacio Artaza, Duta Besar Thailand untuk Indonesia Prapan Disyatat, Atase Pertahanan Italia untuk Indonesia Captain (Navy) Maurizio Pitton, First Secretary Kedutaan Besar China untuk Indonesia Fu Junsheng, First Secretary Kedutaan Besar Afrika Selatan untuk Indonesia Fanie Thwala, Deputy Head of Mission Kedubes Maroko untuk Indonesia Mohammed Faouzi Touiger, Second Secretary Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia Roman Romanov, Chargé d affaires Kedubes Sudan untuk Indonesia Sid Ahmed M. Alamain Hamid, dan perwakilan dari Kedubes Belanda, Kedubes Malaysia, Kedubes India, Kedubes Ethiopia.

Baca juga: BRIN ingatkan dampak cuaca antariksa terhadap teknologi

Kemudian, ada juga perwakilan dari industri, antara lain Lockheed Martin Indonesia, Airbus Indonesia Nusantara, Rolls Royce, Japan External Trade Organization (JETO), Thales Indonesia, Kacific.

Dari kelompok pakar, selain BRIN, ada juga ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Prasetiya Mulya, kemudian beberapa perwakilan dari organisasi seperti International Telecommunication Union (ITU) dan VIASAT, juga ada perwakilan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, Mabes TNI, dan TNI Angkatan Udara, di antaranya Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI Destianto Nugroho Utomo dan Asisten Potensi Dirgantara Kepala Staf Komando Operasi Udara Nasional (Aspotdirga Kaskoopsudnas) Marsma TNI Fajar Adriyanto.

Baca juga: CNSA: China terus dorong perkembangan industri antariksa komersial
Baca juga: CNSA tegaskan China terbuka lakukan pertukaran antariksa dengan AS
Baca juga: Rusia targetkan peluncuran roket baru bertenaga metana Amur pada 2030

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024