Jadi kami memperdalam pasar obligasi di dalam negeri dan itu juga menciptakan keseimbangan eksternal yang jauh lebih stabil dan kuat.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan pemerintah Indonesia semakin mengandalkan pasar domestik dalam penerbitan obligasi, terutama karena peran investor asing menurun tajam menjadi 19 persen.

"Jadi kami memperdalam pasar obligasi di dalam negeri dan itu juga menciptakan keseimbangan eksternal yang jauh lebih stabil dan kuat," tutur Sri Mulyani dalam Bloomberg Asean Business Summit yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.

Pendalaman pasar obligasi domestik, kata dia, juga membuat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia lebih menarik dari surat utang Amerika Serikat, yang saat ini jarak imbal hasilnya mulai semakin menyempit.

Baca juga: Sri Mulyani: Berbagai sumber pertumbuhan baru muncul usai pandemi

Selain itu, pembiayaan defisit anggaran juga masih bisa dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Gubernur BI dan Menteri Keuangan di mana bank sentral bertindak sebagai pembeli siaga obligasi pemerintah dan bisa membelinya di pasar perdana.

"Jadi kombinasi ini sebenarnya memberikan kami kemampuan untuk mengelola, terutama ketika pasar luar negeri masih dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan seperti saat ini," ungkap dia.

Baca juga: Sri Mulyani harapkan defisit APBN 2022 di bawah target 4,85 persen

Meski lebih mengandalkan pasar domestik, Bendahara Negara tersebut menuturkan opsi pembiayaan defisit dari luar negeri masih sangat terbuka, seperti antara lain melalui Samurai Bond dan kebijakan pinjaman yang berasal dari bank pembangunan multilateral.

Hal tersebut memberikan pilihan, meski situasi saat ini mengharuskan pemerintah Indonesia menjaga dan mengelola pembiayaan dengan sangat hati-hati lantaran terdapat batas yang telah ditetapkan.

"Tentu saja karena defisit yang kami harapkan akan menurun cukup signifikan, itu juga mengurangi tekanan pada pembiayaan anggaran," ujarnya.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022