Jakarta (ANTARA News) - Sebagian besar mantan atlet memberikan dukungan berdirinya Yayasan
Olahragawan Indonesia (YOI) dalam memberikan bantuan pada mantan atlet yang hidupnya dibawah garis kemiskinan. Pasalnya, atlet yang mapan hidupnya setelah pensiun sebagai atlet bisa dihitung dengan jari.

Hal tersebut terungkap dalam siaran pers YOI di Jakarta, Rabu.

Menurut mantan pejudo nasional Ferry Pantaow, kondisi seperti itu sangat memprihatinkan. Karena bila memantau di negara lain, kehidupan mantan atlet mendapat perhatian penuh dari pemerintah, ketika sudah memasuki erapensiun. Hal itu seharusnya dicontoh di Indonesia.

"Indonesia seharusnya mengikuti jejak negara lain seperti Thailand, Malaysia dan China sangat menghargai perjuangan para atlet. Sementara di Indonesia perhatian semacam itu belum besar,"ujar Ferry Pantaow di Jakarta.

Ferry menegaskan, kurangnya perhatian pemerintah terhadap kehidupan mantan atlet setelah pensiun tentunya mendapat sentuhan dari pihak swasta.

Peranan seperti itu harus diwujudkan YOI yang mempunyai keinginan membantu memberikan pengarahan pada mantan atlet yang kehidupannya kurang mampu.

Dia menyadari bantuan pada mantan atlet itu sangat diperlukan. Namun dia berharap, bantuan yang diberikan itu berupa kail, bukan ikannya. Dalam artian bantuan yang diberikan adalah dalam bidang usaha atau memberikan pengarahan sesuai bidangnya.

Bila hal itu mampu dilakukan dan diterapkan pihak swasta, maka akan menyentuh pemerintah dalam memberikan perhatian pada mantan atletnya.

Bantuan pada mantan atlet yang kehidupannya dibawah garis kemiskinan itu seharusnya dilakukan sejak dari jaman dulu. Pasalnya, saat ini sudah ribuan mantan atlet yang mengalami kehidupan dibawah garis kemiskinan.

Hal itu tentunya yang memberatkan pemerintah bila ditarik menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Gebrakan dari pemerintah, bila perlu dikeluarkan Kepres agar para pengusaha diwajibkan membantu mantan atlet yang kurang mampu.

Melalui Kepres bisa disuarakan pada pemilik perusahaan swasta agar menerima para mantan atlet menjadi karyawan atau pekerjanya sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu, peranan swasta lebih mengarah. Bahkan bila perlu YOI yang menjadi koordinatornya untuk mengarahkan para atlet mendapat pekerjaan pada perusaha swata yang ditunjuk pemerintah, demikian Ferry Pantaow.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011