sasi merupakan salah satu kearifan adat
Kaimana, Papua Barat (ANTARA) - Warga kampung Kufuriyai dan Manggera di Distrik Arguni Bawah, Kaimana, Papua Barat, pada Rabu (16/3), membangkitkan lagi kearifan adat Sasi Pala yang biasa dilakukan Suku Irarutu untuk menjaga kualitas biji dan bunga pala di masa lampau.

"Sasi merupakan salah satu kearifan adat. Modal dan model perlindungan sumber daya alam bagi masyarakat Suku Irarutu di selatan Tanah Papua," kata Kepala Kampung Kufuriyai Beatris Tefruam.

Masyarakat Suku Irarutu meyakini sasi punya dampak positif terhadap ketersediaan sumber daya alam agar tetap lestari. Termasuk dalam hal pemanfaatan pala yang menjadi sumber ekonomi warga di Arguni Bawah.

Jika hukum sasi tidak ada, menurut dia, terjadi pemanfaatan besar-besaran yang merusak lingkungan.

Baca juga: Kampung Menarbu Wondama adakan pesta ikan melalui Buka Sasi
Baca juga: "Sasi" jadi model konservasi di Teluk Cenderawasih

Salah satu persoalan yang warga kampung di Arguni Bawah adalah rendahnya harga beli biji yang hanya di kisaran harga Rp40 ribu per kilogram (kg) dan bunga pala (fuli) yang ada di kisaran harga Rp180 ribu hingga Rp200 ribu per kg.

Keterpaksaan memanen buah pala saat belum masak sempurna membuat kualitas biji pala dan fuli berkurang. Itu yang membuat harga pala Kaimana, khususnya dari Arguni Bawah, kalah bersaing dari Fak-fak.

Kepala Suku Kufuriyai Yosef Surune mengatakan Sasi Pala memiliki waktu tertentu, di mana warga tidak diperbolehkan memetik pala dari pohonnya. Sasi akan dibuka menunggu buah pala sampai benar-benar matang.

Ia juga mengatakan kalau ada warga yang melanggar Sasi Pala pasti akan sakit atau kaki dipotong atau dilukai sehingga itu menjadi musibah baginya.

"Seandainya sasi sudah dibuka ketua adat, masyarakat bebas mengambil pala. Sasinya tergantung dari kami, misal ditentukan waktu satu atau dua bulan atau satu tahun itu berarti sudah kita buka sasi bisa panen," katanya menjelaskan.

Baca juga: Menteri Susi puji sistem "Sasi" di Maluku
Baca juga: HIPMI tawarkan investasi Rp 2 triliun pengembangan pala Papua Barat


Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Pemuda Yayasan EcoNusa Nina Nuraisyiah menyebut Sasi Pala ini menjadi terobosan.

"Mudah-mudahan hasilnya baik saat sasi dibuka, sehingga kualitas pala bertambah baik," ujar dia.

Yayasan EcoNusa, kata Nina, membantu memfasilitasi masyarakat empat kampung di Arguni Bawah, untuk memastikan kualitas dan mutu pala di sana. Salah satunya menginisiasi agar Sasi Pala dibangkitkan lagi bersama warga.

Prosesi Sasi Pala untuk dua kampung berjalan diikuti hingga seratusan lebih warga, serta dihadiri pula oleh Asisten I Sekretariat Daerah Kabupaten Kaimana Luther Rumpumbo dan perwakilan warga dari kampung di Distrik Arguni Bawah.

Baca juga: Kelola kawasan konservasi, KKP libatkan masyarakat hukum adat
Baca juga: WARSI: Apresiasi masyarakat adat jaga dan kelola hutan berkelanjutan


Baca juga: Dewan adat Raja Ampat buat aturan perlindungan laut dan hutan

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022