Gowa (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy diberi gelar Daeng Majarre dari adat Gowa di Museum Istana Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, Kamis.

Pemberian gelar adat ini dilakukan dengan pemasangan songkok nibiring oleh Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan dan pemberian badik oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Bupati Adnan mengatakan pemberian gelar tersebut merupakan kehormatan masyarakat Adat Gowa kepada beliau sebagai rumpun keluarga besar di Kabupaten Gowa.

"Arti dari "Majarre" adalah pemersatu atau mempererat, pemberian nama ini sebagai bentuk untuk mempersatukan adat budaya yang ada di Gowa," ujarnya.

Baca juga: Kearifan lokal dalam pengendalian COVID-19

Baca juga: Miniatur Rumah Adat Gowa Dibangun di Afsel


Adnan mengatakan kehadiran Menko PMK menjadi berkah tersendiri bagi Kabupaten Gowa karena telah memberikan bantuan pikiran sehingga nama gelar adat ini diberikan.

Pada kesempatan itu juga, Adnan menjelaskan mengenai sejarah Museum Balla Lompoa, di mana museum ini sebelumnya merupakan Rumah Jabatan Bupati Gowa terdahulu yang kemudian pada zaman Bupati Syahrul Yasin Limpo dilakukan peluasan area.

Sementara di zaman kepemimpinan Almarhum Ichsan Yasin Limpo dilakukan revitalisasi.

"Tentu hari ini kami dan masyarakat Kabupaten Gowa berbangga karena melanjutkan apa yang telah diletakkan pondasinya oleh para pendahulu kami," katanya.

Selain itu, Adnan akan terus menjaga eksistensi Kabupaten Gowa yang dikenal dengan kerajaan yang sangat kuat di masa lampau. Salah satu cara yang dilakukan dengan mempertahankan adat istiadat dan memperindah Kawasan Museum Balla Lompoa sebagai salah satu ikon Kabupaten Gowa.

"Kita akan terus berbenah membangun SDM, karena kami yakin kekayaan suatu daerah bukan ditentukan oleh sumber daya alamnya tapi di sumber daya manusianya," ujarnya.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy sangat berterimakasih atas gelar yang diberikan. Menurutnya, hal tersebut belum pantas diterimanya dikarenakan belum memberikan sumbangsih yang berarti untuk Gowa.

"Kami sangat berterima kasih atas pemberian ini, meskipun saya merasa belum pantas karena belum memberikan sumbangan yang bermakna untuk Kabupaten Gowa," katanya.

Kendati demikian, Muhadjir Effendy menyebut dirinya sangat mengagumi Bupati Gowa karena sejak ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan sangat intens berkomunikasi karena disebut kepala daerah yang memberikan terobosan di sektor pendidikan.

"Saya termasuk orang yang mengagumi beliau karena banyak terobosan di sektor pendidikan sehingga sangat mendukung. Paling diingat adalah memberikan beasiswa kepada sejumlah pelajar untuk kuliah di Indonesia dan itu luar biasa karena tidak banyak pejabat daerah memberikan perhatian khusus kepada pendidikan saat itu," kata Menko PMK ini.

Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah Kabupaten Gowa yang terus melestarikan nilai luhur baik sebelum zaman Syahrul Yasin Limpo, zaman Ichsan Yasin Limpo, dan Bupati Adnan saat ini.

"Ini adalah kegiatan yang baik untuk menggali kembali nilai luhur, situs terpendam dan kemudian ini saatnya membangun untuk modal Gowa, Sulsel dan Indonesia di masa depan," tuturnya.

Pada pemberian gelar nama adat ini turut dihadiri jajaran Forkopimda Sulsel, Wakil Bupati Gowa, Abd Rauf Malaganni, Forkopimda Kabupaten Gowa, para pemangku adat.

Usai pelaksanaan pemberian gelar nama adat ini dilanjutkan Peresmian Revitalisasi Kawasan Museum Istana Ballalompoa, Penandatangan MoU dengan Pihak Kementerian Pertanian terkait Pembangunan pertanian terintegrasi (Integrated Farm) di Desa Belapunranga, Kecamatan Parangloe.*

Baca juga: Polda Sulsel percepat capaian vaksinasi di Kabupaten Gowa

Baca juga: Erick transformasi rumah tangga prasejahtera Gowa jadi pengusaha mikro

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022