Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadillah mengatakan peluang Indonesia mempekerjakan tenaga perawat ke luar negeri terkendala oleh kemampuan berbahasa Inggris para peserta yang rendah.

"Yang menjadi kendala adalah kemampuan berbahasa Inggris perawat di Indonesia masih rendah sehingga animo peserta yang diberangkatkan ke luar negeri sangat kurang," kata Harif Fadillah yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis malam.

Harif mengatakan pada kurun 2016-2017 PPNI pernah memperoleh peluang memberangkatkan 100 anggotanya untuk dipekerjakan di negara Qatar melalui kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Pemerintah Qatar.

Namun animo peserta yang mendaftar hanya berkisar 47 orang. Dari total jumlah tersebut, 27 di antaranya lolos persyaratan. "Tapi yang berangkat hanya belasan perawat," katanya.

Baca juga: Gubernur Jatim: Perawat beri peran signifikan selama pandemi

Baca juga: Pemerintah berduka cita atas wafatnya 711 perawat akibat COVID-19


Baru-baru ini PPNI juga menjalin kerja sama dengan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk kegiatan seminar dengan harapan dapat memberangkatkan 50 perawat perempuan ke Mesir.

"Kita mengadakan seminar yang diikuti 1.000 anggota per pekan. Kita survei sekitar 240 perawat yang minat untuk diberangkatkan ke luar negeri. Mesir membutuhkan 50 perawat, tapi sampai saat ini belum ada kabar lanjutan," katanya.

Persoalan selain bahasa Inggris, kata Harif, berkaitan dengan restu keluarga maupun orang terdekat perawat yang masih enggan ditinggal ke luar negeri. "Bahkan kalau pacarnya tidak mengizinkan, maka dia tidak akan jadi berangkat," katanya.

Harif mengatakan pertumbuhan profesi perawat di Indonesia berkisar 60 ribu hingga 75 ribu per tahun, namun belum diimbangi dengan daya serap lapangan kerja yang optimal.

"Daya serapnya tidak sampai 10 persen. Ini pekerjaan rumah kita bersama. Sehingga salah satu solusinya selain penambahan lapangan kerja melalui penambahan fasilitas kesehatan atau bekerja di luar negeri," katanya.

Harif memastikan bahwa kompetensi perawat Indonesia telah setara dengan kurikulum internasional yang merujuk The International Council of Nurses (ICN) sebagai federasi yang kini menampung lebih dari 130 asosiasi perawat nasional.

Meski dalam kurikulum tersebut juga diajarkan kemampuan berbahasa Inggris, kata Harif, namun sedikit perawat yang mau melatih kemampuan berbahasa asing dalam kehidupan sehari-hari.

"Bahasa asing ini harus terus dirawat, digunakan dalam keseharian mereka," katanya.*

Baca juga: Kemenkes minta perawat sisir peserta vaksinasi tersisa di pelosok

Baca juga: PPNI Jateng usulkan perawat honorer diprioritaskan jadi PPPK

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022