Solo (ANTARA News) - Ketua DPR RI Marzuki Alie memandang masalah migrasi internasional dan perlindungan hak-hak para migran sebagai salah satu persoalan besar yang harus diselesaikan negara-negara di seluruh dunia.

Saat membuka konferensi internasional parlemen negara-negara Asia (APA) di Solo, Rabu, Marzuki mengutip data Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada Agustus 2009 yang memperkirakan ada lebih dari 100 juta tenaga kerja migran di seluruh dunia dan tenaga kerja migran dari Asia termasuk didalamnya.

"Jumlah ini tentunya akan terus berkembang seiring dengan semakin terbukanya hubungan antarnegara yang menandai babak baru era globalisasi," ujarnya.

Namun demikian, ia menambahkan, ada pula masalah serius yang sering dihadapi para tenaga kerja migran ini yakni pelanggaran terhadap hak-hak dan kebebasan fundamental mereka.

Ketidakadilan yang dialami buruh migran itu sangat beragam seperti upah dibawah standar gaji pada umumnya dan bahkan tidak dibayar, jam kerja yang berlebihan, keselamatan yang terabaikan, perlakuan yang tidak manusiawi seperti penyiksaan fisik dan pelecehan seksual hingga menjadi korban trafficking.

"Mereka praktis tidak mendapatkan kesempatan untuk beristirahat, kebebasan untuk berkeluh kesah dan selalu berada dalam ancaman di deportasi jika kehadiran mereka dianggap ilegal," ujarnya.

Karenanya melalui sidang Ad Hoc APA kali ini diharapkan kalangan parlemen negara-negara Asia mampu menemukan solusi bagi perlindungan terhadap hak-hak asasi para tenaga kerja migran tersebut.

Ketua DPR juga menuturkan bahwa apabila dilihat dari permasalahan dan perkembangan tenaga kerja migran, maka jalan terbaik yang dapat dilakukan adalah mengupayakan kerjasama yang lebih baik antara negara pengirim dengan negara penerima untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat serta mengurangi dampak negatif dari migrasi tenaga kerja.

Komitmen dan kesungguhan dari negara pengirim dan penerima menjadi sangat penting dalam upaya melindungi hak-hak asasi para tenaga kerja migran.

Berbagai kemajuan perekonomian negara-negara di kawasan Asia yang terjadi saat ini, ujarnya, tidak bisa dinafikkan karena adanya bantuan dari tenaga kerja migran.

Bagi negara penerima, migrasi tenaga kerja merupakan peluang memberikan latihan dalam pembangunan ekonomi dengan tersedianya tenaga kerja murah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sementara bagi negara pengirim, migrasi merupakan peluang untuk menawarkan pekerjaan bagi warganya di luar negeri sekaligus sebagai sumber devisa. (ANT)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011