Yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya terhadap aliran modal asing, khususnya investasi portofolio dan bagaimana pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, akan kembali menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun 2023.

"Ini setelah perkiraan kenaikan bunga tujuh kali pada 2022, meningkat dari proyeksi sebelumnya yang sebanyak lima kali," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Selasa.

Ia mengungkapkan saat ini otoritas moneter AS memang telah menyatakan bunga acuan akan dinaikkan lebih besar dan lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya, karena tingginya inflasi di Negeri Paman Sam itu.

Baca juga: BI prediksi Fed naikkan suku bunga tujuh kali tahun ini

Adapun pada bulan ini, lanjutnya, The Fed sudah mulai meningkatkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps).

Normalisasi kebijakan moneter, kata Perry, menjadi salah satu aspek yang perlu dilihat pengaruhnya terhadap perekonomian global, terutama kepada negara berkembang termasuk Indonesia.

"Yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya terhadap aliran modal asing, khususnya investasi portofolio dan bagaimana pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah," tegasnya.

Baca juga: Dolar menguat, dipicu The Fed sebut perlu lebih agresif atasi inflasi

Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas perekonomian untuk membawa pemulihan lebih lanjut.

Kenaikan suku bunga The Fed saat ini menjadi salah satu faktor kemungkinan revisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini, yang pada awalnya sebesar 4,4 persen oleh BI.

Selain itu, lanjut dia, terdapat pula faktor lainnya yakni belum meratanya vaksinasi dan eskalasi geopolitik Rusia dan Ukraina.

Baca juga: BI nilai kenaikan bunga acuan Fed persulit pemulihan negara berkembang

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022