Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Sembilan orang tewas dalam bentrokan sengit di Kashmir India, kata militer dan polisi India, Rabu, di tengah kekhawatiran bahwa eksekusi terhadap seorang militan terpidana bisa menyulut kerusuhan lebih lanjut.

Lima militan, dua polisi dan seorang letnan angkatan darat tewas dalam bentrokan yang meletus Senin dan berlanjut pada Rabu, kata juru bicara militer J.S. Brar, dengan menambahkan bahwa bentrokan itu terjadi di distrik Kupwara, yang berbatasan dengan Kashmir Pakistan.

"Itu merupakan daerah pegunungan berhutan lebat yang tidak berpenduduk dan memiliki tebing-tebing curam," kata Brar kepada AFP.

Dalam insiden terpisah, gerilyawan menembak mati seorang polisi dalam jarak dekat di Srinagar, ibu kota musim panas Kashmir India.

"Polisi itu sedang bertugas jaga ketika militan menyerangnya," kata seorang juru bicara kepolisian, dan aparat kini memburu para pelaku serangan tersebut.

Kekerasan itu terjadi ketika proses permohonan pengampunan bagi Afzal Guru, yang dinyatakan bersalah merencanakan serangan terhadap parlemen India pada Desember 2001, dihentikan.

Serangan itu menewaskan 15 orang, termasuk lima penyerang, dan membuat India dan Pakistan berada di ambang perang lagi. Guru bersikeras bahwa ia tidak terlibat dalam serangan itu.

Anggota parlemen independen Abdul Rashid mengatakan, eksekusi Guru bisa menimbulkan "konsekuensi serius" bagi situasi politik di Kashmir, dimana protes-protes besar menentang vonis hukumannya telah digelar di masa silam.

Pemimpin separatis Syed Ali Geelani juga memperingatkan New Delhi mengenai kerusuhan besar jika Guru dieksekusi.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011