New York (ANTARA) - Dolar sedikit melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena dukungan dari komentar Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang mengangkat greenback hari sebelumnya memudar dan kenaikan pasar ekuitas membantu meningkatkan sentimen risiko.

Greenback melihat persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 10 Maret pada Senin (21/3), karena Powell membuka pintu untuk menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada pertemuan kebijakan mendatang untuk memerangi inflasi.

Pada Selasa (22/3), Presiden Fed St. Louis, James Bullard mengulangi seruannya agar The Fed bergerak agresif di Bloomberg TV. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan dia yakin risiko utama bagi perekonomian adalah memburuknya inflasi yang sudah tinggi karena harga minyak naik akibat konflik di Ukraina dan gangguan dalam rantai pasokan dari penanggulangan COVID-19 China.

Para pedagang memperkirakan peluang 61,6 persen untuk kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin pada pertemuan Fed Mei, menurut Alat FedWatch CME, naik dari sedikit dari 50 persen seminggu yang lalu.

Setelah komentar Powell, Goldman Sachs sekarang mengantisipasi bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan Mei dan Juni.

Investor berada dalam suasana risk-on (pengambilan risiko) karena saham-saham AS naik dan mengurangi daya tarik mata uang safe-haven greenback, dengan ekuitas mendapatkan dorongan, sebagian, dari saham-saham bank di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Fed.

"Untuk dolar, ini didukung dengan baik oleh sikap suku bunga The Fed yang semakin hawkish tetapi turun dari puncaknya, selera risiko ada hubungannya dengan itu, dengan saham yang lebih tinggi yang menahan kenaikan dolar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.

"Setidaknya untuk saat ini, tampaknya pasar memberi The Fed keuntungan dari keraguan bahwa bank sentral dapat mendorong soft landing (periode ketika pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi ekonomi tidak memasuki resesi) dan itulah yang menopang selera risiko dan membatasi kenaikan dolar."

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,06 persen.

Yen melanjutkan pelemahannya baru-baru ini karena bank sentral Jepang (BoJ) memperbarui sikapnya untuk menjaga kebijakan moneter ultra-longgarnya tetap utuh.

Yen mencapai level terendah baru enam tahun di 121,03 dan terakhir melemah 1,05 persen versus greenback di 120,72 per dolar.

Yen juga melemah terhadap mata uang lainnya, dengan euro mencapai level tertinggi lima bulan di 133,33 dan terakhir naik 1,2 persen menjadi 133,17. Mata uang Jepang merosot ke level terendah lebih dari 6,5 tahun terhadap franc Swiss di 128,91, dengan franc bertahan naik 1,48 persen menjadi 128,89.

Euro naik 0,13 persen menjadi 1,1028 dolar. Mata uang tunggal telah melemah selama sebulan terakhir karena konflik di Ukraina telah meningkat, yang menyebabkan kenaikan harga-harga energi. Pada Senin (21/3), Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan Fed dan ECB akan bergerak tidak sinkron, karena perang di Ukraina memiliki dampak yang sangat berbeda pada ekonomi masing-masing.

Tetapi pembuat kebijakan ECB, Francois Villeroy de Galhau mengatakan pada Selasa (22/3) bahwa bank sentral perlu melihat melampaui perubahan jangka pendek dalam harga-harga energi dan fokus pada tren inflasi yang mendasarinya.

Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,326 dolar, naik 0,72 persen hari ini.

Di pasar mata uang kripto, bitcoin terakhir naik 3,67 persen menjadi 42.662,37 dolar AS. Ethereum terakhir naik 3,59 persen menjadi 3.014,26 dolar AS.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022