Herat, Afghanistan (ANTARA News) - Dua polisi dan seorang warga sipil Afghanistan tewas dalam ledakan ranjau ketika sedang menuju tempat kerja mereka, Kamis, sehari setelah delapan prajurit NATO tewas dalam perang 10 tahun melawan Taliban.

Polisi-polisi dan warga sipil itu tewas setelah kendaraan mereka dihantam ledakan ranjau yang dikendalikan dari jarak jauh ketika sedang menuju tempat kerja mereka di bandara sipil yang melayani kota Herat, Afghanistan barat, kata sejumlah pejabat, lapor AFP.

Ledakan itu juga mencederai 10 orang -- empat polisi wanita, seorang polisi pria dan lima warga sipil, kata Mohammad Rafiq Shaheer, juru bicara rumah sakit Herat.

Rabu, tiga prajurit asing tewas dalam ledakan bom rakitan (IED) di Afghanistan timur, kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO, dan tiga orang lagi tewas dalam serangan IED di wilayah selatan, sementara dua orang lagi tewas dalam insiden-insiden terpisah.

Berita mengenai kematian-kematian terakhir itu tersiar sehari setelah PBB mengeluarkan data yang menyebutkan kekerasan di Afghanistan meningkat hampir 40 persen pada delapan bulan pertama tahun ini, dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.

Namun, ISAF menolak data PBB itu dengan mengatakan, serangan-serangan turun dua persen pada delapan bulan pertama tahun ini.

Juga Rabu, delapan polisi Afghanistan tewas ketika gerilyawan Taliban yang tampaknya dibantu oleh orang dalam menyerang pos mereka di Afghanistan selatan, kata seorang pejabat.

Daud Ahmadi, juru bicara pemerintah daerah provinsi Helmand, menuduh kelompok militan itu melakukan pembunuhan tersebut namun mengatakan, mereka memperoleh bantuan dari sedikitnya satu polisi yang bersekongkol dalam serangan itu.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011