Washington (ANTARA News/Reuters) - Presiden AS Barack Obama dan Presiden Uzbekistan Islam Karimov membahas perluasan penggunaan AS atas negara Asia Tengah itu sebagai rute pasokan pasukan di Afghanistan, kata seorang pejabat AS Kamis, di tengah tumbuhnya kekhawatiran mengenai kelangsungan Pakistan sebagai rute transit.

Pada satu hari ketika tawaran kepada Uzbekistan itu tampaknya mendukung kepentingan Washington, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton bertemu dengan timpalannya dari Uzbek dan mengatakan kedua pihak ingin memperdalam hubungan.

Dan di Kongres, perubahan undang-undang AS yang tertunda akan memungkinkan lebih banyak bantuan militer ke Uzbekistan, meskipun negara itu dinlai buruk catatan hak asasi manusianya.

Para pembantu Capitol Hill mengatakan, perubahan itu dilakukan sebagian didesak pemerintahan Obama, yang lebih cenderung menggeser jalur pasokan militer itu ke negara Asia Tengah.

Gedung Putih mengatakan Obama menghubungi Karimov pada Rabu untuk mengucapkan selamat kepada negara bekas republik Soviet itu pada ulang tahun kemerdekaan ke-20, dan bahwa kedua pemimpin membahas mengenai kepentingan-kepentingan bersama mengenai "keamanan dan kesejahteraan" Afghanistan.

Obama mendekati Karimov, yang telah menghadapi kritik AS mengenai catatan hak asasi manusianya, dan datang pada saat Amerika Serikat dan Pakistan terkunci dalam krisis diplomatik berkaitan dengan tuduhan AS yang mengaitkan kepala badan intelijen Pakistan pada serangan-serangan gerilyawan garis keras terhadap Amerika di Afghanistan.

Meningkatnya ketegangan antara Washington dan Islamabad, pada saat kedua mitra itu berjuang memerangi militansi Islam, telah menimbulkan pertanyaan mengenai peran Pakistan sebagai rute pasokan utama AS untuk memerangi pasukan Amerika di Afghanistan.

Ini yang telah mendorong para pejabat AS untuk melihat lebih cermat dan memperluas alternatif untuk mengurangi ketergantungan jalur pasokan kepada Pakistan.

(H-AK)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011