Palu (ANTARA News) - Camat Lore Peore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Amos Mondolu meminta polisi dan aparat berwenang lainnya untuk memperketat pengamanan situs-situs megalit di dataran Napu dan Bada karena pencurian patung-patung megalit itu masih terus terjadi.

"Baru-baru ini ada lagi upaya pencurian. Sebuah patung megalit di Watutau sudah berhasil dipindahkan dari tempat aslinya namun belum bisa diangkat dan dibawa lari," kata Amos.

Menurut Amos, kekayaan budaya berupa patung-patung megalit di dataran Napu dan Bada sangat banyak dan tersebar di sejumlah situs, namun sayangnya, pengamanannya lemah dan pemanfaatannya untuk obyek wisata budaya dan penelitian masih sangat kurang.

Amos yang didampingi Imanuel Pele, seorang tokoh adat masyarakat Lore menyebutkan, patung-patung megalit berbentuk manusia, rumah, dan peralatan lainnya dan mencerminkan peradaban dan kebudayaan nenek moyang ribuan tahun lalu itu, terus diincar oleh para penjahat.

"Pelaku pencurian harta kekayaan budaya bernilai tinggi itu sangat profesional dan tidak mungkin dilakukan seorang diri dan tanpa direncanakan dengan matang. Karena itu, pengamanannya harus lebih ketat," ujar Amos.

 Imanuel Pele berharap Kemenbudpar meningkatkan pencarian situs-situs baru di kawasan hutan di daerah Napu dan Bada karena diperkirakan masih banyak lagi yang belum ditemukan.

Belum lama ini, kata Pele, ditemukan lagi sebuah batu megalit yang diperkirakan merupakan pondasi tempat mendirikan rumah kediaman. Lokasinya berada di dalam hutan, sekitar lima kilometer dari Desa Watutau.

Batu-batu itu berjejer rapih dalam ukuran 12x36 meter sehingga jumlah batunya mencapai 432 buah. Semua batu terpahat yang diperkirakan sebagai tempat meletakkan kayu sebagai dasar mendidikan rumah.

Menurut Pele, sesuai ceritera legenda masyarakat Lore, rumah itu merupakan kediaman manusia raksasa yang disebut buriro. Itu sebabnya ukuran rumah itu cukup besar yakni 12x36 meter.

Buriro yang gemar memakan buaya tersebut, kata Pele, akhirnya dibunuh oleh raksasa lainnya bernama talinga dalam sebuah pesta makan daging buaya karena dinilai terlalu angkuh. (R007*S027)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011