Damaskus (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah, Faruq al-Shara, yang telah lama-menjabat diangkat sebagai Wakil Presiden yang baru di negerinya guna menggantikan Abdul Halim Khaddam yang dituduh melakukan pengkhianatan, demikian Kantor Berita SANA. Presiden Suriah, Bashar al-Assad, di Damaskus, Sabtu, mengganti Shara dengan Wakil Menlu, Walid Muallem, dalam satu perombakan besar-besaran kabinet yang membiarkan pos penting perdana menteri dan menteri pertahanan tidak berubah. Sementara itu, Bassam Abdelmajid ditunjuk sebagai menteri dalam negeri. Ia menggantikan Ghazi Kanaan, bekas kepala intelijen Suriah di tetangganya Libanon, yang melakukan bunuh diri Oktober 2005. Shara (68) menjadi menteri luar negeri sejak 1984 dan merupakan seorang pengecam keras Israel yang menduduki Dataran Tinggi Golan. Khaddam, seorang anggota partai Baath garis keras, mundur tahun lalu dan sejak itu menuduh Damaskus terlibat dalam pembunuhan tahun lalu atas mantan perdana menteri Libanon, Rafiq Hariri. Harian resmi Suriah, Ath-Thawra, mengatakan bahwa pada Januari 2006 Khaddam yang sekarang di pengasingan di Paris, Prancis, akan diadili lantaran pengkhianatan besar. Ia juga akan diselidiki, karena korupsi dan asetnya disita. Shara dianggap sebagai seorang yang pragmatis tapi perunding yang keras. Ia memperoleh kepercayaan dari ayah presiden sekarang ini, Hafez al-Assad, yang mempercayainya dengan perundingan rahasia yang dilancarkan pada 1991 dengan negara Yahudi. Dikenal sebagai orang bersahaja yang fasih berbahasa Inggris, Shara lahir pada 1938 di distrik Deraa, 100 Km di selatan Damaskus. Ia menerima gelar dalam kesusastraan Inggris di Universitas Damaskus pada 1963, dan memimpin kantor Syrian Airlines di Inggris dari tahun itu hingga 1976. Selama waktunya di Inggris, ia juga belajar dan memperoleh gelar dalam hukum internasional di Universitas London. Shara masuk korps diplomatik pada 1977 sebagai duta besar untuk Roma, jabatan yang ia pegang selama tiga tahun sebelum menjadi menteri negara untuk urusan luar negeri. Pada 1983, ia menjadi penjabat menteri informasi sebelum ditunjuk sebagai menteri luar negeri tahun berikutnya. Sedangkan, Khaddam (73) seorang garis keras senior dalam hirarki Suriah, adalah seorang pejabat partai Baath pada 1960-an serta menjadi menteri luar negeri dan wakil perdana menteri pada 1970-an. Ia menerima jabatan wakil presiden 1984. Sekarang hidup di bawah perlindungan polisi di Prancis, dan ia menuduh Presiden Assad secara pribadi telah mengancam Hariri beberapa bulan sebelum pembunuhan bekas perdana menteri Libanon itu 14 Februari 2005. Perdana menteri lima kali yang terkenal itu tewas dalam satu ledakan bom di Beirut, sehingga mengundang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)melakukan penyidikan yang juga melibatkan intelijen Suriah. "Saya tahu kenyataan itu karena saya sendiri mendengar Bashar al-Assad. Namun penilaian tentang beratnya ancaman itu dan apakah Bashar al-Assad terlibat atau tidak dalam pembunuhan Hariri merupakan satu masalah bagi para penyelidik," kata Khaddam pada radio Prancis, RTL. "Pada suatu hari Bashar memanggil Rafiq Hariri di hadapan sejumlah pejabat keamanan dan menyusahkannya. Assad menuduhnya bertindak menentang Suriah dan untuk pemilihan di Libanon seorang presiden anti-Suriah. Ia mengatakan adalah ia yang membuat keputusan dan menambahkan bahwa siapa pun yang menentang keputusan saya, maka saya akan memusnahkannya," tambah Khaddam. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006