Singapura (ANTARA) - Yen menuju minggu terburuk dalam dua tahun pada Jumat, terpukul oleh kenaikan biaya impor Jepang dan suku bunga rendah, sementara mata uang komoditas berada di jalur untuk kenaikan mingguan kedua berturut-turut terhadap dolar karena harga ekspor tetap tinggi.

Euro telah sedikit melemah minggu ini dan tertahan di 1,1005 dolar tertekan oleh kekhawatiran bahwa konflik di Ukraina akan merugikan ekonomi Eropa dengan menaikkan biaya energi dan pangan.

Australia adalah pengekspor keduanya dan kenaikan harga-harga telah membantu dolar lokal naik mingguan kedua lebih dari 1,0 persen berturut-turut. Aussie terakhir stabil di 0,7508 dolar AS, sedikit di bawah tertinggi empat bulan semalam di 0,7527 dolar AS.

Yen, sebaliknya, sedang jatuh dan telah turun 2,6 persen terhadap greenback untuk minggu ini. Yen telah jatuh melewati penghalang psikologis 120 per dolar dan, di 122,44, sedang mengincar ujian resistensi utama di sekitar 123,70.

Mata uang Jepang itu telah kehilangan hampir 6,0 persen hingga Maret dan kehilangan sekitar 8,0 persen terhadap Aussie yang bangkit kembali hanya dalam delapan sesi.

Penurunan terbaru dipicu oleh pernyataan hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell minggu ini, dan penurunan berikutnya pada imbal hasil AS.

Sebaliknya, bank sentral Jepang (BoJ) terjebak dengan nada dovish, meskipun beberapa pedagang mulai berpikir bahwa pada level terendah enam tahun, yen mengalirkan beberapa kedalaman yang tidak nyaman.

"Satu hal yang harus diperhatikan dalam dolar/yen adalah penolakan dari pembuat kebijakan di Jepang," kata Brent Donnelly, pedagang dan presiden di perusahaan analitik Spectra Markets.

"Saya tidak yakin kita cukup sampai di sana, tetapi level 123,50/125,00 hampir pasti akan menarik perhatian dan menjadi berita utama baik dari PM (Fumio) Kishida atau menkeu FinMin (Shunichi) Suzuki," katanya.

"Respon negatif juga bisa datang dari BoJ (Gubernur Haruhiko) Kuroda."

Pasar obligasi juga menempatkan pembuat kebijakan berada di tempat yang sulit dengan membawa tantangan untuk mengontrol kurva imbal hasil, yang jika dipertahankan dapat semakin melemahkan yen.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10-tahun mencapai 0,235 persen pada Jumat, mendekati batas atas 0,25 persen.

Inflasi adalah titik tekanan lainnya, dan harga konsumen inti di Tokyo telah mencatat kenaikan tahunan tercepat mereka dalam lebih dari dua tahun bulan ini, data menunjukkan pada Jumat.

Di tempat lain, kenaikan harga-harga komoditas telah mendukung dolar Selandia Baru, meskipun telah mengalami resistensi yang kuat di dekat 0,70 dolar AS dan terakhir di 0,6964 dolar AS.

Sterling melayang di 1,3190 dolar karena para pedagang mempertimbangkan pandangan dovish yang hati-hati dari bank sentral Inggris (BoE) terhadap data Februari yang menunjukkan inflasi lebih tinggi dari perkiraan.

Rubel Rusia diperdagangkan dengan kuat di Moskow semalam menyusul janji Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mulai menjual gas ke negara-negara "tidak bersahabat" dalam rubel, tetapi itu mengembalikan beberapa keuntungan dalam perdagangan di luar negeri yang tipis. Rubel terakhir di 102,00 per dolar.


Baca juga: Yen awali pekan di bawah tekanan, dengan fokus kebijakan bank sentral
Baca juga: Kenaikan sentimen risiko dan harga komoditas bantu Aussie, tekan yen
Baca juga: Yen lebih tinggi, euro tersendat di tengah krisis Ukraina kian dalam

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022