Yogyakarta, (ANTARA News) - Burung punglor (zootheria citrina) yang merupakan fauna identitas Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kini semakin langka. "Populasinya semakin sedikit, dan karena itu Pemkab Sleman berupaya melindungi keberadaannya, antara lain dengan cara mengeluarkan larangan perburuan terhadap burung itu," ujar Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Sleman Drs Purwanto, Senin (13/2). Kata dia, upaya lain yang dilakukan adalah melalui penangkaran. Namun, penangkaran burung punglor yang dilakukan oleh delapan penangkar di Sleman sejak beberapa tahun terakhir, belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. "Tingkat keberhasilan dari penangkaran ini masih sangat rendah," sambungnya. Menurut dia, salah satu penyebab sulitnya menangkarkan burung punglor adalah karena burung ini mudah stres. Ia mengatakan kicauan burung tersebut cukup bagus, dan bulunya pun sangat indah. Burung punglor merupakan fauna asli Indonesia yang telah tersebar ke berbagai negara terutama Pakistan, Cina, Myanmar, Thailand, Kamboja dan Malaysia. Punglor merupakan burung liar yang memiliki habitat di kebun salak. Makanannya berupa cacing tanah dan `uret` (sejenis ulat) yang banyak terdapat di sekitar pohon salak. Ia menambahkan ketika di wilayah Kabupaten Sleman masih terdapat banyak tanaman salak jenis lokal yang belum `digarap` secara khusus, populasi burung itu cukup banyak. Namun, sejak tanaman salak lokal diganti dengan salak jenis unggul seperti pondoh, dan penanganan perkebunan salak itu dilakukan secara profesional, populasi burung punglor semakin berkurang. "Kemungkinan penyebabnya, burung itu takut pada manusia atau petani yang menggarap perkebunan salaknya," ujarnya.(*)

Copyright © ANTARA 2006