Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Dua pembom bunuh diri menyerang kota terbesar Afghanistan selatan, Kandahar, Senin, menewaskan tiga orang, kata sejumlah pejabat.

Assadullah Khalid, menteri urusan suku dan perbatasan serta koordinator utama keamanan untuk wilayah selatan, mengklaim ia adalah sasaran dalam ledakan pertama, yang menewaskan dua warga sipil.

Gerilyawan meningkatkan serangan pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan lalu.

Namun, kementerian dalam negeri mengatakan, tidak ada bukti pemboman itu ditujukan pada Khalid dan ia sendiri mengakui berada dalam jarak lima kilometer dari lokasi ledakan.

"Ada ledakan -- seorang penyerang bunuh diri yang memasang bom di tubuhnya meledakkan diri di sebuah daerah dimana tidak ada sasaran yang jelas," kata juru bicara kementerian itu, Siddiq Siddiqui, kepada AFP.

Kantor media provinsi Kandahar mengatakan, satu orang tewas dan 19 lain cedera, termasuk enam anak. Namun, Siddiqui dan kepala kepolisian setempat Abdul Raziq menyebut jumlah kematian dua orang.

Tak lama kemudian di sebuah daerah lain di kota itu, seorang pembom bunuh diri yang memakai seragam militer menyerang sebuah garnisun angkatan darat.

"Itu serangan bunuh diri yang menewaskan seorang penjaga dan pelaku serangan itu, dua prajurit angkatan darat cedera," kata Jendral Abdul Hamid, komandan satuan angkatan darat yang garnisunnya diserang.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011