Teheran (ANTARA News/AFP) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Selasa menegaskan kembali kesediaan Teheran untuk "segera" menghentikan produksi 20 persen uranium yang diperkaya, asalkan negara-negara dunia memberikannya bahan nuklir.

"Jika mereka memberikan kita 20 persen bahan bakar (yang diperkaya), kita akan segera menghentikan produksi 20 persen uranium yang diperkaya," kata Ahmadinejad dalam wawancara yang disiarkan langsung oleh televisi yang dikelola pemerintah Iran. Ia mengulangi pernyataan-pernyataannya kepada surat kabar the New York Times ketika ia berada di New York untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB akhir September.

Dewan Keamanan PBB mengenakan empat putaran sanksi terhadap Iran untuk memaksa negara itu menghentikan pengayaan uranium, satu proses yang dapat memproduksi bahan bakar bagi satu reaktor tetapi menurut dewan itu-- bertentangan dengan penilaian Ahmadinejad juga dapat digunakan untuk hulu ledak nuklir.

Iran memulai pengayaan uranium pada tingkat 20 persen Februari 2010 setelah perundingan gagal menyangkut pertukaran bahan bakar nuklir di mana Iran mengirimkan 3,5 persen uraniumnya yang diperkaya untuk ditukar dengan 20 persen bahan bakar nuklir dari Rusia dan Prancis.

Menurut data yang diberikan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang disiarkan September Iran memproduksi 70 kg dari 20 persen uraniumnya yang diperkaya.

"Produksi 20 persen bahan bakar nuklir tidak ekonomis. Biayanya mahal dan tidak ada pasar ekspor yang akan membenarkan bagi dilanjutkan mengoperasikan fasilitas itu," tambahnya dalam pidato nasionalnya.

Ahmadinejad menegaskan bahwa Iran telah berulang-ulang menyatakan kesediannya untuk menyerakan 20 persen uraniumnya yang diperkaya adalah "satu jalan untuk melucuti senjata nuklir (negara-negara dunia)... yang mengatakan 20 persen berarti satu langkah lebih dekat bagi pembuatan bom."

Akan tetapi ia menambankan, bahwa kita membutuhkan sempai 3,5 persen bahan bakar nuklir untuk fasilitas-fasilitas nuklir dan riset kita."

(Uu.H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011