Jakarta (ANTARA News) - Pelaku pasar khususnya asing di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat siang, kembali membeli dolar Amerika Serikat (AS), karena mereka khawatir dengan upaya Uni Eropa yang kembali menunda pertemuan mengenai dana talangan tersebut.

Akibatnya rupiah terhadap dolar AS turun 75 poin menjadi Rp8.965 per dolar dari sebelumnya Rp8.890.

Direktur Retail Banking PT ANZ Panin Bank, Anthony Soewandy, di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa merosotnya rupiah, karena Uni Eropa masih belum mengeluarkan dana talangan itu untuk memperbaiki krisis utang di Eropa.

Pelaku pasar khawatir para pemimpin Uni Eropa belum ada kesepakatan untuk mengeluarkan dana talangan yang cukup besar itu, katanya.

Menurut dia, pelaku asing membeli dolar AS, karena mereka berusaha mengurangi nilai portofolio yang terus cenderung merosot.

Selain itu juga, mereka ingin membeli surat utang AS (obligasi) yang akan diterbitkan pemerintah AS untuk menarik dana di pasar internasional, ucapnya.

Ia menambahkan, rupiah akan tetap berada dibawah angka Rp9.000 per dolar AS, karena BI akan menjaga dengan cadangan devisanya yang cukup besar.

Rupiah diperkirakan akan berkisar antara Rp8.900 hingga Rp8.975 per dolar AS, ucapnya.

Anthony mengatakan, kekhawatiran pelaku pasar asing tidak akan berlangsung, mereka akan kembali ke pasar domestik, karena imbal hasil yang diberikan tetap tinggi.

Asing membeli dolar AS hanya sementara saja dan pada gilirannya akan kembali dilepas untuk membeli saham dan rupiah, karena keuntungan yang diperoleh cukup besar, katanya.

Sementara itu, Analis PT First Asia, Ifan Kurniawan, mengatakan bahwa Uni Eropa memang akan memberikan dana talangan sebanyak yang dibutuhkan bank Sentral Eropa.

Namun, ia mengemukakan, rencana memberikan dana talangan masih belum dilakukan, karena para pemimpin negara Uni Eropa masih belum ada kesepatan kapan akan diberikan dana talangan tersebut.

Akibat aksi lepas rupiah untuk membeli dolar oleh pelaku pasar terjadi sehingga rupiah kembali tertekan pasar, katanya menambahkan.
(T.H-CS)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011