Jakarta (ANTARA) - Startup agri-teknologi Crowde bekerjasama dengan BUMDes dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat untuk membantu petani berproduksi dan membuka akses pasar mereka.

Crowde akan memberikan pendampingan budidaya melibatkan para ahli, sarana produksi pertanian melalui mitra toko tani, serta membuka akses pasar yang didukung oleh 158 mitra off-taker Crowde yang akan menyalurkan hasil panen ke kanal retail modern dan juga industri pengolahan.

Selain itu, Crowde akan menyediakan akses permodalan yang dibutuhkan petani untuk memulai usahanya, kata Crowde dalam siaran pers, dikutip Selasa.

Kadin Jabar sangat mendukung terciptanya ekosistem pertanian yang inklusif, agar keberlanjutan usaha pertanian dan kesejahteraan para petani Indonesia dapat terjaga. Ekosistem ini perlu menghubungkan sektor pertanian dari hulu ke hilir demi terciptanya daya saing, produktivitas usaha, dan kesejahteraan yang lebih baik.

"Saat ini, kami terus beroperasi untuk melakukan sosialisasi yang luas kepada para petani, terutama untuk mengenalkan Crowde dan potensi kerjasama agar bisa mengembangkan ekonomi pertanian di pedesaan," kata CEO dan Co-founder Crowde Yohanes Sugihtononugroho.

Crowde, katanya, juga menampung aspirasi dari masing-masing BUMDes serta permasalahan yang biasanya mereka hadapi, agar bisa menyediakan jalan keluar bersama.

Sebagai perusahaan agri-teknologi yang bertujuan untuk memberdayakan petani melalui penyediaan ekosistem pertanian modern dari hulu ke hilir, Crowde telah menyalurkan pendanaan untuk 37.000 petani selama tahun 2021.

Bantuan pendanaan ini turun dalam bentuk sarana produksi pertanian. Tidak hanya fokus pada permodalan, Crowde juga memberi pendampingan serta akses teknologi bagi petani untuk mengembangkan usaha dan mencapai kesejahteraan.

Crowde hadir karena adanya kekhawatiran terhadap inefisiensi produksi, krisis regenerasi, serta kesulitan modal yang kerap dialami petani. Padahal, sektor ini masih berperan vital untuk menunjang perekonomian negara dan terutama masyarakat pedesaan--di mana sekitar 100 juta jiwa atau hampir separuh masyarakat Indonesia menggantungkan mata pencaharian di sektor agraris.

Walaupun berperan penting pada perekonomian negara, faktanya kesejahteraan para petani masih kurang optimal. Dari total 17 sektor industri di Indonesia, pertanian masih berada di peringkat kedua terbawah untuk rata-rata pendapatan per bulan, yakni hanya berkisar Rp1.907.188, berdasarkan data BPS per Agustus 2020.

"Dengan pilot project yang sedang dijalankan bersama BUMDes Jawa Barat, kami berharap ini bisa membuka pintu kolaborasi dengan puluhan BUMDes lainnya yang ada di Indonesia, terutama supaya ekosistem pertanian di desa bisa berjalan lebih efisien dan profitable," kata Yohanes menambahkan.



Baca juga: Siap laksanakan BBI, begini kesiapan start up nasional

Baca juga: HUB.ID gelombang dua dibuka pertengahan 2022

Baca juga: Kominfo terus dorong pertumbuhan startup Indonesia

Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022