Yogyakarta (ANTARA News) - Kasus pembakaran anjungan tunai mandiri di Gejayan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (7/10), belum tentu merupakan aksi yang mengarah pada terorisme, kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Saya kira pembakaran ATM BRI itu belum tentu aksi terorisme. Mungkin pelaku mau mencuri uang, tetapi tidak memperkirakan jika ATM dibakar bisa meledak sehingga pelaku malah kaget dan pergi," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, ditemukannya pesan singkat yang mengarah pada ancaman teror masih perlu dikaji lagi. Pesan itu belum tentu merupakan bagian dari skenario besar terorisme di Indonesia.

"Saya belum tahu persis selebaran itu punya korelasi dengan pelaku pembakaran ATM atau tidak. Mungkin selebaran itu hanya sekadar untuk mengalihkan pandangan dan perhatian," katanya.

Ia mengatakan, langkah antisipasi untuk mencegah aksi terorisme memang cukup sulit dilakukan termasuk oleh aparat keamanan. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara masyarakat dan petugas keamanan untuk dapat menangkal sedini mungkin aksi terorisme.

"Antisipasi memang agak susah karena seperti orang mau melakukan pencurian tentu pelaku lebih tahu daripada polisi. Namun, yang penting adalah kewaspadaan dari masyarakat dan sinergi dengan aparat keamanan," katanya.

Menurut dia, masyarakat dan aparat keamanan diharapkan bisa meningkatkan kewaspadaan terutama di lokasi yang rawan kejahatan. Mereka perlu mewaspadai tempat-tempat yang memungkinkan terjadi tindak kriminalitas.

"Tempat-tempat yang rawan kejahatan di antaranya ATM yang tidak dijaga, bank, dan toko emas," katanya.

(L.B015*H010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011