... Indonesia perlu berani renegosiasi kontrak energi termurah seperti gas LNG. Pemerintah perlu meniru keberanian Thailand yang berani membatalkan kontrak ekspor beras ke Indonesia demi kepentingan nasional...
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi VI DPR RI, Airlangga Hartarto, mengusulkan agar pemerintah mengendalikan impor berbagai produk, terutama produk pangan yang kini sudah menguasai pasar dalam negeri.

"Sebaliknya, ekpor produksi nasional yang kini kurang mendapat dukungan, baik finansial maupun fasilitas dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan, justru harus lebih dioptimalkan," katanya melalui surat elektronik yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, dalam menghadapi gejolak perekonomian global, pemerintah wajib mengendalikan impor, terutama impor pangan dan produk manufaktur. Contoh mudah adalah produk hortikultur dan rempah yang melimpah ruah di Tanah Air namun terbanting harganya sedemikian rupa akibat tekanan banjir barang impor serupa.

"Indonesia perlu berani renegosiasi kontrak energi termurah seperti gas LNG. Pemerintah perlu meniru keberanian Thailand yang berani membatalkan kontrak ekspor beras ke Indonesia demi kepentingan nasional," katanya.

Politisi Partai Golkar ini menjelaskan, pemerintah harus segera melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia di pasar internasional, terutama produk industri domestik.

Hal ini, kata dia, perlu diupayakan secara serius yakni dengan meningkatkan ekspor produk industri nasional ke berbagai negara, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Selama ini, dalam kerja sama perdagangan internasional, kata dia, Indonesia memiliki 12 negara mitra utama yakni, China, Jepang, Singapura, Uni Eropa, Amerika Serikat, Thailand, Malaysia, Australia, India, Korea, Vietnam dan Filipina.

"Ekspor dari Indonesia ke negara-negara itu pada 2010 mencapai 80 persen dari seluruh perdagangan internasional Indonesia," kata Airlangga.

Menurut dia, peluang untuk menggenjot ekspor berbagai produk dalam negeri sesungguhnya masih sangat potensial dan sangat terbuka, jika mencermati penetrasi pasar Kementerian Perdagangan terhadap produk industri nasional ke-12 negara mitra utama masih rendah.

Hasil studi Kementerian Perindustrian terkait kinerja perdagangan internasional untuk produk industri, kata dia, menyebutkan, pada periode 2007-2010, penetrasi pasar produk unggulan industri nasional ke negara mitra utama Indonesia masih sangat rendah.

"Sebagai wakil rakyat yang memilliki fungsi kontrol terhadap perdagangan nasional, kami mengusulkan agar pemerintah segera meningkatkan ekspor produk industri," kata Airlangga.

Saat ini penetrasi produk industri Indonesia ke luar negeri yang tertinggi adalah di Malaysia, yakni baru sekitar 5,3 persen, Uni Eropa hanya sekitar 0,3 persen, Amerika Serikat hanya 0,9 persen.

Sementara ke Jepang, penetrasinya baru mencapai sekitar 4,1 persen, Thailand rata-rata sekitar 2 persen, kemudian Australia dan India rata-rata sekitar 1,4 persen.

Untuk ke Korea Selatan, penetrasinya rata-rata sekitar 1,8 persen, Vietnam sekitar 1,3 persen, dan Filipina penetrasi sekitar 2,5 persen. (R024)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011