Ponorogo (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan wilayah pedesaan harus memiliki daya tarik untuk menghadirkan rezeki besar bagi warganya, sehingga tidak kalah dengan wilayah perkotaan.

"Memang desa juga harus menarik. Istilah yang sering diucapkan orang, tinggal di desa, rezekinya rezeki kota, kemudian bisnisnya bisnis mendunia," kata Wapres di acara Panen Perdana Pisang Cavendish dalam Rangka Program Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rabu.

Untuk mendorong kemajuan suatu daerah termasuk wilayah pedesaan, lanjutnya, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menginisiasi Program Pengembangan Hortikultura untuk Peningkatan Ekspor dan Ekonomi Daerah.

Program tersebut diharapkan menjadi jembatan untuk meningkatkan ekspor dan kesejahteraan para petani, termasuk petani pisang di Ponorogo. Selain itu, dengan program tersebut juga diharapkan mencegah urbanisasi atau perpindahan masyarakat desa ke perkotaan secara besar-besaran.

"Jadi dia tinggal di desa, tapi rezekinya kota, dia berjualan sampai ke Singapura, Timur Tengah, Cina dan sebagainya. Saya kira pemberdayaan masyarakat desa ini menjadi suatu prioritas untuk menyejahterakan masyarakat kita," ujar Wapres.

Baca juga: Ma'ruf Amin ikuti panen perdana Pisang Cavendish di Ponorogo

Ma'ruf Amin melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur, Rabu dan Kamis (31/3), salah satunya mengikuti prosesi panen perdana Pisang Cavendish, sebagai rangkaian program pengembangan hortikultura berorientasi ekspor, di Desa Pulung, Kabupaten Ponorogo.

Beragamnya jenis pisang di Indonesia, menurut Ma'ruf, merupakan kekayaan alam dan peluang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas pangan.

Program diversifikasi pangan di Indonesia juga memiliki semboyan "kenyang tidak harus makan nasi", sehingga dia berharap dengan program tersebut pangsa pasar pisang dalam negeri juga akan semakin potensial sebab pisang bisa juga menggantikan nasi.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin kunjungi Ponorogo Jawa Timur
 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022