Kota Gaza (ANTARA News) - Seorang pejuang Palestina tewas di Gaza utara dekat perbatasan dengan Israel, Senin, kata petugas medis, namun kondisi kematiannya dipersoalkan oleh militer Israel.

Adham Abu Selmiya, seorang juru bicara badan penanganan darurat Gaza, mengatakan, seorang pria tewas oleh tembakan tank Israel namun mayatnya rusak parah sehingga petugas medis belum bisa mengidentifikasinya, lapor AFP.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok pejuang Front Demokratis bagi Pembebasan Palestina (DFLP) menyebut pria yang tewas itu sebagai Ahmed Salem al-Aziza dan mengatakan, ia tewas akibat tembakan Israel ketika sedang berusaha memasang bom di dekat pagar perbatasan.

Militer Israel membantah terlibat dalam insiden itu dengan mengatakan, pria itu tewas ketika bom yang akan dipasangnya meledak sebelum waktunya.

"Militer tidak memiliki kaitan dengan itu. Informasi awal menunjukkan bahwa dua tersangka sedang memasang sebuah bom yang kemudian meledak dan menewaskan salah seorang dari mereka," kata seorang juru bicara kepada AFP.

Daerah sekitar perbatasan Gaza relatif tenang dalam enam pekan terakhir setelah gelombang kekerasan pasca serangan gerilya 18 Agustus di Israel selatan yang menewaskan delapan orang Israel.

Para pejabat Israel mengatakan, pelaku serangan itu berasal dari Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir.

Lima personel keamanan Mesir dan tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.

Suasana memanas antara Hamas dan Israel sejak serangan lintas-batas itu. Sejumlah orang Palestina tewas dalam gempuran-gempuran udara Israel ke Gaza setelah itu.

Bulan Juli terjadi kenaikan dalam serangan roket dan proyektil lain yang ditembakkan dari Gaza ke Israel, mengakhiri bulan-bulan tenang setelah meletusnya kekerasan pada April ketika sebuah rudal anti-tank menghantam bis sekolah Israel, yang menewaskan seorang remaja.

Israel membalas serangan itu dengan gempuran udara yang menewaskan sedikitnya 19 orang Palestina dalam kekerasan mematikan sejak ofensif 22 hari di Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009.

Israel meluncurkan perang 22 hari itu dengan dalih untuk menghentikan serangan-serangan roket dan mortir.

Jumlah serangan dari wilayah kantung Palestina itu mengalami penurunan dramatis sejak perang itu, meski sepanjang tahun 2010 hampir 200 roket ditembakkan ke Israel, kata militer.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa empat tahun lalu.

Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza dua tahun lalu dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011