Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan tren particulate matter (PM) 2,5 untuk wilayah Jakarta serta beberapa kota di Pulau Sumatera masih terbilang tinggi.

Kemudian berdasarkan pemantauan dari BMKG di salah satu lokasi di Sumatera menunjukkan bahwa tren gas rumah kaca khususnya untuk konsentrasi CO2 (karbon dioksida) juga terus meningkat.

"Kami melihat memang tren konsentrasi kualitas udara, khususnya di daerah-daerah tertentu masih menunjukkan adanya tingkat polusi yang cukup tinggi," ujar Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta membaik secara signifikan

Alberth juga mengatakan terdapat keterkaitan apabila kualitas udara suatu wilayah buruk, masalah perubahan iklimnya juga meningkat akibat kenaikan suhu yang terjadi.

Sehingga, kualitas udara memiliki pengaruh pada terjadinya perubahan iklim, berdasarkan temuan BMKG terkait dengan status informasi kualitas udara Indonesia pada tahun 2021.

“Dan dari BMKG sendiri, kami sudah melakukan monitoring terhadap perubahan temperatur ini dan dari data yang kami miliki sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 2021 kemarin, memang tercatat adanya peningkatan temperatur secara rata-rata di seluruh Indonesia, seluruhnya diambil semua melalui stasiun BMKG,” kata dia.

Alberth mengungkapkan, kenaikan temperatur ini memiliki dampak terhadap perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pola musim. Misalnya, dia mencontohkan, musim hujan yang seharusnya terjadi di bulan-bulan tertentu, kemudian bergeser, begitu pula sebaliknya dengan perubahan musim kemarau.

“Dan dampak atau konsekuensinya bisa terjadi bencana seperti banjir, juga kebakaran hutan dan lahan kabut asap yang semuanya semuanya turunan dari apa yang terjadi karena perubahan iklim,” ujar dia.

Menurut Alberth, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan langkah yang harus diambil, tidak hanya secara regulasi dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat secara umum untuk meminimalkan dampak iklim itu sendiri.

Ia menyebutkan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan terhadap kualitas udara dan akan terus disampaikan ke publik secara berkala.

“Kami melakukan pemantauan untuk parameter kualitas udara yang terkait dengan konsentrasi gas rumah kaca di udara latar belakang dan juga untuk parameter pencemaran udara seperti PM 2,5 yang lebih dekat dampaknya terhadap perubahan iklim,” ujar dia.

Baca juga: BMKG jelaskan fenomena langit dan udara Jakarta berkabut akibat polusi

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022