"Dengan suasana dialog yang dinamis, maka isu-isu aktual dapat diangkat dan dibahas secara mendalam, seperti sekarang ini saat terjadi gempa bumi di tengah pertemuan, maupun isu aktual yang penting untuk dibahas," katanya dalam "press briefing" di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Menanggapi pembahasan isu Laut China Selatan, Djauhari mengatakan, tidak ada satu isu secara spesifik yang dibahas dalam pertemuan.
Menurut dia, isu yang dibahas dalam pertemuan "East Asia Summit" (EAS) merupakan isu-isu regional dan internasional di dalam parameter strategis, politik, keamanan dan pembangunan. Kesemuanya itu dibahas untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan.
"Dalam pertemuan ini membicarakan keamanan dan perdamaian, frekuensi para pemimpin untuk bertemu harus ditingkatkan," katanya.
Ia mengambil contoh, ASEAN yang bertemu dua kali dalam setahun, frekuensi pertemuan ini membawa dampak positif karena cakupan isu-isu yang dibicarakan dapat lebih komprehensif dan menyeluruh.
Khusus mengenai Laut China Selatan, Djauhari menyatakan "drafting Code of Conduct (COC) masih belum digulirkan. Namun yang menjadi prioritas utama dan sudah dibahas sekarang adalah proposal implementasi proyek-proyek dalam kerangka "The Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea" (DOC ).
Dalam kesempatan tersebut, Djauhari menyebutkan China sudah menawarkan tiga proyek untuk DOC, ASEAN sebuah proyek terkait keamanan.
Sedangkan Indonesia masih dalam proses mengidentifikasi proyek yang sudah berjalan dan yang akan ditawarkan.
"Pertemuan mengenai proyek ini direncanakan akan dibahas sebelum KTT ASEAN pada minggu pertama November 2011 mendatang," katanya.
Sedangkan mengenai bergabungnya Amerika Serikat dan Rusia ke dalam EAS, Djauhari mengatakan, hal tersebut disambut positif dan mereka mau menunjukkan kerja sama yang baik dalam berperan serta aktif di forum EAS.
"Itu pasti kita sambut positif atas peran aktifnya dalam forum EAS mendatang," katanya.
(T.I020/I007)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
