New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia jatuh pada Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB), karena para pedagang resah tentang perlambatan permintaan di China setelah surplus perdagangannya menyempit untuk kedua bulan berturut-turut.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman November, merosot 1,34 dolar AS menjadi ditutup pada 84,23 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November tergelincir 36 sen menjadi menetap di 111,11 dolar AS per barel.

Data perdagangan China memperdengarkan tanda bahaya atas laju pertumbuhan ekonominya dan bagaimana itu akan berdampak pada konsumsi minyak, lapor AFP.

Surplus perdagangan negara itu turun untuk kedua bulan berturut-turut pada September, menjadi 14,51 miliar dolar AS, karena ekspor melambat tajam, terpukul oleh gejolak ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa.

Beijing mengimpor 12,2 persen sedikit minyak mentah pada September dibandingkan pada September 2010, ekonom Commerzbank mencatat.

"Beberapa dampak dari pertumbuhan global yang melemah sudah bisa diduga, dan tampak seperti ini mulai terjadi," kata Brian Jackson, senior strategist di Royal Bank of Kanada di Hong Kong.

"Minyak mentah akan ditekan oleh beberapa data ekonomi dari China ... serta perkiraan pertumbuhan kuartal ketiga," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

Pasar mengabaikan kenaikan tak terduga stok minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia.

Laporan terbaru pemerintah AS tentang stok bahan bakar minyak nasional menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah naik 1,3 juta barel menjadi 336,7 juta barel pada pekan yang berakhir 7 Oktober.

Analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires telah memperkirakan penurunan 200.000 barel.

"Meskipun persediaan minyak mentah meningkat minggu ini, kami melihat penurunan signifikan dalam persediaan untuk bensin dan bahan bakar serta produk-produk yang cenderung menarik naik pasar," kata Lipow.

Stok bensin turun 4,1 juta barel, lebih dari 40 kali perkiraan analis.

Distilasi - termasuk minyak diesel dan bahan bakar pemanas - turun 2,9 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan 400.000 juta. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011