... Saya sekarang memiliki 17 ton beras ketan impor Vietnam dan Thailand...
Bojonegoro, Jawa Timur (ANTARA News) - Beras ketan impor asal Vietnam dan Thailand masuk Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, akibat di daerah lokal setempat tidak ada panen beras ketan. Pada masa lalu, kenyataan ini tidak pernah masuk dalam bayangan petani setempat.

"Saya mendatangkan beras ketan impor asal Vietnam dan Thailand sudah enam bulan yang lalu," kata seorang pedagang di Pasar Banjarjo, Kecamatan kota, Waris, Minggu.

Ia menjelaskan, beras ketan impor asal Vietnam dan Thailand tersebut, didatangkan dari seorang pedagang di Surabaya. Dirinya mendatangkan beras ketan impor sebab di Bojonegoro dan Tuban, sama sekali tidak ada petani yang menanam beras ketan.

"Saya sekarang memiliki 17 ton beras ketan impor Vietnam dan Thailand," katanya menjelaskan.

Sebelum itu, lanjutnya, dirinya pernah memasarkan beras ketan produksi dari berbagai daerah Jawa Tengah. Namun, dengan adanya serangan hama wereng yang menyerang tanaman padi, ternyata juga menyerang beras ketan, yang mengakibatkan produksi beras ketan asal Jateng, terganggu.

Waris menyebutkan, beras ketan impor tersebut, pembelinyai para pedagang di daerah Bojonegoro dan Tuban dengan harga Rp7.800/kg. Harga tersebut, cenderung stabil sejak beras ketan impor masuk Bojonegoro.

"Saya bisa menjual beras ketan berkisar 1 ton sehari," katanya menjelaskan.

Menurut pedagang lainnya juga di pasar setempat, Sakim, permintaan beras ketan di Bojonegoro, untuk memenuhi kebutuhan para pedagang pembuat kue. Hanya saja, selama ini kebutuhan beras ketan di Bojonegoro dan Tuban, dicukupi dari luar daerah.

Sebab, katanya, petani di Bojonegoro dan Tuban, sama sekali tidak ada yang menanam beras ketan.

Ia mengatakan, kalau ada petani di Bojonegoro dan Tuban yang menanam beras ketan, diperkirakan tetap laku. Sebab, kebutuhan beras ketan semakin meningkat dengan semakin berkembangnya industri pembuat kue.

"Kalau harga beras ketan naik turunnya tidak terlalu terpengaruh dengan harga beras," katanya menjelaskan.  (ANT)



Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011