New York (ANTARA) - Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), naik selama tiga sesi berturut-turut, karena pembunuhan warga sipil di utara Ukraina dan prospek peningkatan sanksi terhadap Rusia mendorong investor untuk mencari tempat aman di greenback.

Mata uang AS juga terus mengumpulkan dukungan dari laporan data penggajian non-pertanian (NFP) Maret yang kuat pada Jumat (1/4/2022) yang mendukung ekspektasi pengetatan setengah persentase poin oleh Federal Reserve pada pertemuan bulan depan.

"Banyak investor menjadi lebih pesimis bahwa kita akan memiliki resolusi tentang pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.

"Sebagian besar, harapannya adalah bahwa Uni Eropa mungkin harus meningkatkan sanksi terhadap Rusia. Itu akan memperlambat pemulihan untuk bagian dunia itu, yang mendorong banyak aliran dana ke dolar AS," tambahnya.

Kemarahan global menyebar pada Senin (4/4/2022) atas pembunuhan warga sipil di Ukraina utara, di mana kuburan massal dan mayat orang terikat yang ditembak dari jarak dekat ditemukan di sebuah kota yang diambil kembali dari pasukan Rusia. Namun Rusia membantah tuduhan itu.

Kematian di Bucha, di luar Kyiv, kemungkinan akan menggembleng Amerika Serikat dan Eropa ke dalam sanksi tambahan terhadap Moskow, mungkin termasuk beberapa pembatasan miliaran dolar dalam energi yang masih diimpor Eropa dari Rusia.

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan Uni Eropa harus membahas penghentian impor gas Rusia. Rusia memasok sekitar 40 persen kebutuhan gas Eropa.

Dalam perdagangan sore, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya naik 0,4 persen menjadi 98,986. Sejak palung intra-hari pada 24 Februari ketika Rusia menyerang Ukraina, dolar telah melonjak sekitar 3,0 persen.

Data pada Jumat (1/4/2022) menunjukkan pengangguran AS mencapai level terendah dua tahun di 3,6 persen bulan lalu, membuat investor menilai apakah angka tersebut akan memperkuat tekad Fed untuk mengatasi inflasi dengan menaikkan suku bunga secara tajam.

"Laporan ketenagakerjaan itu menandakan cerita yang berbeda tentang apa yang terjadi dengan AS dan sebagian besar negara maju," kata Moya dari OANDA. "Ekonomi AS masih dalam pijakan yang kokoh dan laporan pekerjaan yang kuat ini membuka jalan bagi jalur pendakian Fed yang jauh lebih agresif."

Dana Fed berjangka pada Jumat (1/4/2022) telah memperkirakan peluang 81 persen untuk kenaikan 50 basis poin bulan depan, sementara imbal hasil surat utang dua tahun AS mencapai 2,4950 persen, level tertinggi sejak Maret 2019.

Euro, yang telah berada di bawah tekanan karena kekhawatiran tentang kerusakan ekonomi dari perang di Ukraina, turun 0,8 persen terhadap dolar menjadi 1,0970 dolar. Terhadap sterling, euro turun 0,7 persen pada 83,64 pence.

Terhadap yen, dolar naik 0,2 persen menjadi 122,805 yen.

Pasar di China daratan ditutup untuk hari libur umum, tetapi dalam perdagangan luar negeri yuan tertekan oleh kekhawatiran atas perpanjangan penguncian di Shanghai, di mana pihak berwenang berusaha untuk menguji virus pada semua 26 juta penduduk.

Baca juga: Emas menguat dipicu prospek lebih banyak sanksi Rusia, inflasi tinggi
Baca juga: Minyak melonjak didorong prospek lebih banyak sanksi baru ke Rusia

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022