Ica, Peru (ANTARA) - Warga Peru pada Senin (4/4) melanjutkan gelombang protes terhadap lonjakan cepat harga bahan bakar dan pupuk yang dipicu oleh invasi Rusia di Ukraina.

Pemerintah negara di pegunungan Andes itu sedang berupaya menurunkan harga-harga.

Pengunjuk rasa di dekat kota Ica di selatan membakar gerbang tol dan bentrok dengan polisi ketika protes meluas dari dataran tinggi Peru ke pesisir.

“Pemogokan ini tidak hanya terjadi di sini, tetapi di seluruh Peru hari ini,” kata seorang pengunjuk rasa yang menolak disebutkan namanya.

Protes pecah pekan lalu saat para petani dan truk-truk memblokade sejumlah jalan tol utama negara itu menuju ke Lima yang menyebabkan lonjakan harga pangan secara tiba-tiba di ibu kota Peru itu.

Setidaknya empat orang tewas, kata pemerintah, dalam bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan polisi.

Pemerintah pada akhir pekan lalu menanggapi protes dengan mengajukan penghapusan sebagian besar pajak bahan bakar sebagai upaya menurunkan harga dengan cepat. Selain itu, upah minimum juga dinaikkan sekitar 10 persen menjadi 1.205 soles (Rp4,7 juta) per bulan.

Protes dan unjuk rasa menjadi ujian bagi kepresidenan sayap kiri Pedro Castillo, seorang petani dan guru yang memenangi pemilihan tahun lalu dengan dukungan tinggi dari warga miskin pedesaan Peru.

Namun, dukungan kepadanya terus menurun dan saat ini hanya berkisar sekitar 25 persen secara keseluruhan, menurut jajak pendapat.

Peru juga sudah menetapkan status darurat di sektor pertaniannya karena kenaikan harga pupuk yang dipicu oleh sanksi Barat terhadap Rusia, pengekspor utama potasium, amonia, urea, dan nutrisi tanah lainnya.

Seperti banyak negara, Peru sudah berjuang melawan inflasi sebelum perang itu meletus.

Pada Maret, inflasi menyentuh titik tertinggi dalam 26 tahun, sebagian besar didorong oleh kenaikan harga bahan bakar dan pangan.

Menteri Keuangan Peru Oscar Graham mengatakan kepada Reuters pada Jumat (1/4) bahwa ancaman terbesar bagi ekonomi Peru adalah konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Sri Lanka cabut jam malam setelah protes keras terhadap krisis ekonomi
Baca juga: Bank Dunia: Inflasi terkait perang Ukraina bisa picu protes, kerusuhan


Penerjemah: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022