Sebuah kemenangan ketika China abstain. Kita akan suka jika mereka memilih ya, tapi abstain lebih baik daripada memilih tidak
Washington (ANTARA) - Sikap China yang abstain dalam pemungutan suara resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia di Ukraina merupakan "kemenangan", kata duta besar AS di PBB Linda Thomas-Greenfield.

Dia menegaskan sikap seimbang Beijing terhadap Rusia dan Barat mungkin membawa dampak paling baik bagi Washington.

Beijing menolak menyebut aksi militer Rusia di Ukraina sebagai invasi dan berkali-kali mengkritik apa yang disebutnya sebagai sanksi ilegal Barat untuk menghukum Moskow.

Namun, tekanan Barat yang dipimpin AS terhadap China, termasuk ancaman sanksi sekunder jika mereka memasok dukungan materi pada perang Rusia, tampaknya akan menjaga Beijing tetap berada di luar pagar konflik.

Baca juga: EU akan desak China agar tak bantu Rusia dalam perang Ukraina

China abstain pada dua pemungutan suara tidak mengikat Majelis Umum PBB bulan lalu yang mengecam Rusia atas perang yang sedang berlangsung dan ongkos kemanusiaan yang ditimbulkannya.

"Sebuah kemenangan ketika China abstain. Kita akan suka jika mereka memilih ya, tapi abstain lebih baik daripada memilih tidak," kata Thomas-Greenfield.

"Saya tak yakin mereka mengira Rusia akan sejauh ini. Mereka terus mendukung Rusia di depan publik, tapi saya merasakan ketidaknyamanan," kata dia.

Menanggapi pernyataan itu, duta besar China di PBB Zhang Jun mengatakan: "Seluruh dunia merasa tidak nyaman. Apa Anda pikir semua orang nyaman dengan krisis ini?"

China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan strategis "tanpa batas" beberapa pekan sebelum invasi 24 Februari. Kedua negara telah menjalin hubungan energi dan keamanan lebih erat dalam beberapa tahun terakhir untuk menghadapi AS dan Barat.

Dalam kecondongannya pada Moskow, pemimpin China Xi Jinping telah membahas isu Ukraina lewat panggilan telepon dengan para pemimpin negara-negara besar, tapi dia belum melakukan hal yang sama dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Meskipun Beijing telah memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina senilai kira-kira 2,37 juta AS (sekitar Rp33,03 miliar) dalam bentuk barang seperti selimut dan susu bayi, kontribusi mereka masih di bawah negara-negara donor yang lebih kecil.

Para analis mengatakan mereka belum melihat adanya indikasi bahwa China melanggar sanksi keras Barat pada Rusia, tapi ada sinyal kuat bahwa China sedang melindungi nilai taruhannya, khusus di sektor ekonomi.

Para penyuling minyak milik pemerintah menghindari kontrak minyak baru dengan Rusia meski diberi diskon besar. Mereka mengindahkan seruan Beijing untuk berhati-hati ketika sanksi Barat pada Rusia meningkat, menurut sejumlah sumber kepada Reuters.

Perusahaan milik negara Sinopec, penyuling minyak terbesar Asia, juga menunda negosiasi tentang investasi besar di sektor petrokimia dan bisnis pemasaran gas di Rusia.

Baca juga: China dukung sikap Indonesia terkait konflik Rusia-Ukraina di G20

Sanksi-sanksi pada Rusia akan memberikan China "pemahaman yang baik" tentang konsekuensi yang dihadapi jika memberi dukungan materi kepada Moskow, kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengingatkan pada Rabu.

China sepertinya tidak mundur dari upaya mendukung secara diplomatik diam-diam kepada Rusia, bahkan di tengah kemunculan gambar-gambar terkait pembunuhan warga sipil di Bucha, Ukraina.

Ukraina dan Barat telah mengecam pembunuhan massal itu sebagai kejahatan perang setelah mayat-mayat ditemukan terikat dan ditembak di kepala. Para pejabat Ukraina mengatakan sebuah kuburan massal di samping gereja kota itu berisi 150-300 jenazah.

Rusia membantah terlibat dalam peristiwa itu.

Zhang mengatakan China tak ingin terseret ke dalam krisis tersebut.

"Fokusnya sebetulnya untuk pihak-pihak terkait agar menemukan solusi secepat mungkin, ketimbang berusaha melihat pihak-pihak tak langsung, dan menyeret pihak-pihak tak langsung itu ke dalam krisis," kata Zhang kepada Reuters.

"Izinkan saya untuk lebih memperjelas bahwa China hanya berada di sisi keadilan, kesetaraan… kami tidak memihak menurut negaranya," kata dia.

Para pejabat AS berharap dukungan China kepada Rusia tidak akan melanggar batas dengan AS dan Uni Eropa (EU), dua kawasan yang jika digabungkan menyumbang seperempat perdagangan global China, jauh lebih tinggi ketimbang 2,4 persen kontribusi Rusia, menurut EU.

"Kita mungkin akan terus melihat dukungan China bagi ekonomi Rusia, tapi upaya yang Beijing coba lakukan adalah untuk menjaga hubungan ekonominya dengan Uni Eropa khususnya, tapi juga dengan Amerika Serikat," kata Mira Rapp-Hooper, direktur Indo-Pasifik di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, pada Maret.

Presiden AS Joe Biden telah banyak bergantung pada sekutu-sekutunya untuk menegaskan konsekuensi dari dukungan pada Rusia, seperti yang dia sampaikan lewat telepon kepada Xi bulan lalu.

Menyusul pertemuan puncak virtual antara EU dan para pemimpin China pekan lalu, kementerian luar negeri China mengatakan pihaknya tidak berniat untuk menghindari sanksi. Mereka juga membantah telah diminta oleh Rusia untuk memasok peralatan militer.

Scott Kennedy, pakar soal China di Center for Strategic and International Studies (CSIS), mengatakan di sebuah forum daring baru-baru ini ada indikasi kecil bahwa bank-bank China mendukung sanksi bagi institusi keuangan Rusia dan bahwa sejumlah perusahaan China menjual ke Rusia lebih sedikit, mulai dari ponsel sampai suku cadang mobil.

Para pakar mengatakan kemampuan AS terbatas dalam memantau dan menelusuri pelanggaran sanksi skala kecil oleh China, karena pengiriman barang dapat dilakukan lewat perbatasan barat yang tidak bisa dimonitor AS.

Mereka mengatakan mencegah perusahaan-perusahaan China melakukan transaksi dagang terlarang dengan Rusia harus menjadi sasarannya.

Sumber: Reuters

Baca juga: China serukan investigasi menyeluruh pembunuhan massal di Bucha
Baca juga: Xi telepon Presiden Dewan Eropa, Presiden Komisi Eropa soal Ukraina

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022