Jayapura (ANTARA News) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Cenderawasih (Uncen), provinsi Papua mengutuk keras kekerasan berupa ancaman, penyiksaan, dan pembunuhan yang terjadi di provinsi paling timur Indonesia.

"Kami tidak menghendaki dan mengecam sejumlah kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Tanah Papua," kata ketua pengganti antar waktu BEM Uncen, Benyamin Gurik di Jayapura, Papua, Rabu.

Menurutnya, sejumlah kekerasan dalam beberapa pekan terakhir ini telah memberikan rasa takut dan ketidaknyamanan bagi warga di sejumlah daerah di Papua, seperti di Timika, Kabupaten Mimika pasca penembakan yang menewaskan tiga orang sipil, satu diantaranya bekerja pada anak perusahaan Freeport.

Pembubaran paksa ataupun penangkapan sejumlah tokoh Papua Barat pada Kongres Rakyat Papua (KRP) III di lapangan Zakeus/Wisli Padang Bulan-Abepura pada Rabu (19/10)lalu.

Dan pada Kamis (20/10) ditemukan tiga mayat di bukit atau gunung yang berada 300 meter di belakang markas Korem 172/PWY pasca pembubaran KRP III.

Serta pada Senin (24/10) telah terjadi penembakan AKP Dominggus Awes, Kapolsek Mulia, Kabupaten Puncak Jaya di bandara udara Mulia oleh orang tak dikenal dengan senjata revolver milik korban.

"Berbagai peristiwa ini telah membuat kami (mahasiswa,red) dan warga yang ada di Papua menjadi takut dan merasa tidak nyaman untuk melakukan sejumlah aktivitas, apa lagi keluar rumah hingga malam hari," katanya.

Sebelumnya, pada Selasa (25/10) BEM dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Uncen melakukan jumpa pers dengan sejumlah media di Jayapura terkait KRP III.

Yang mana, BEM Uncen diantaranya meminta presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyelesaikan konflik yang tengah terjadi di Papua secara menyeluruh.

Serta meminta kepada pihak eksekutif dan legislatif serta perwakilan Komnas Ham yang ada di Papua agar segera membentuk tim investigasi independen.

"Kami minta sejumlah peristiwa di Papua diusut hingga tuntas," katanya. (ANT-185)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011